August Sander: Menapaki Jejak Sang Waktu

Edisi: 12/29 / Tanggal : 2000-05-28 / Halaman : 51 / Rubrik : LAY / Penulis : Budiman, Irfan , Pudjiarti, Hani ,


PADA suatu ketika, August Sander menghentikan sang kala. Tepat di depan padang rumput yang terhampar luas, picingan matanya mematikan langkah tiga pemuda yang berdandan habis-habisan. Berjas, bercelana, dengan topi laken yang serba hitam dan tongkat tergenggam di tangan kanan. Salah seorang pemuda itu bergaya dengan menggelayutkan sebatang rokok di bibirnya. Serentak ketiga pasang mata itu menerkam kamera.

Sepintas tak ada yang menarik dari foto hitam-putih ini. Ia tak lebih dari sehelai kertas yang menyajikan aksi tiga pemuda kampung di Jerman yang tengah memamerkan busana wol yang "kuno".

Namun, "kuno" tidak identik dengan cacat. "Kuno" itulah yang membuat gambar memiliki arti. Foto yang bertajuk Jungbauern atau "Petani Muda" ini direkam pada 1912, dan gambar ini adalah sebuah awal perjalanan peradaban manusia abad ke-20. Gaya busana yang dikenakan, cara matanya menatap kamera, dan gurat raut wajah boleh dikatakan merupakan cikal bakal citra manusia saat ini, setidaknya manusia Jerman.

Petani Muda menjadi jejak awal perjalananan manusia pada awal abad ke-20. Foto ini menjadi sampul buku August Sander yang termasyhur, Menschen des 20. Jahrhunderts alias "Manusia-Manusia Abad Ke-20". Petani Muda hanyalah satu dari ratusan potret manusia yang bisa direkam August Sander. Beragam manusia Jerman, dari berbagai status dan golongan masyarakatnya, telah diabadikannya dengan gaya yang nyaris tak berubah.

Walter Benjamin, esais dan kritikus seni pada tahun 1931, menulis tentang karya Sander: "Penggubah (karya itu) melakukan pendekatan terhadap tugas luar biasa ini tidak selaku cendekiawan dan tanpa ada konsultasi dengan pakar-pakar teori tentang ras ataupun peneliti sosiologi, tapi berdasarkan pengamatan langsung."

Gaya penyajian Sander adalah pengulangan dan konsistensi. Wajah, busana, dan latar belakang yang kabur menjadi ciri khas fotografinya. Penampilan mereka yang tampak kaku mencerminkan sikap masyarakat Jerman saat itu, yang cenderung konservatif. Karya-karya August Sander adalah dokumentasi sosial pada masanya. Sander mengambil apa saja yang ada di sekelilingnya, yang terkadang berasal dari kehidupan teman-temannya sendiri.

"Jika kita berpikir dalam alur estetis dan tidak mengaitkannya dengan kondisi sosial yang terjadi saat itu, kita akan berhenti dan terjebak. Dan kita tidak dapat menangkap maksud yang ingin disampaikannya," ujar Firman Ichsan, Ketua Jurusan Fotografi Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta, kepada Gita W. Laksmini dari TEMPO.

Karya-karya Sander meninggalkan jejak perenungan. Sander menyerahkan penafsiran masing-masing. Karyanya tidak bersifat instan yang langsung dikunyah penikmatnya. "Ia memberikan suatu kesan, tempat kita diberi ruang bermain tersendiri. Karena itu, karyanya pun menjadi klasik," kata Firman.

Bagi fotografer Yudhi Soerjoatmodjo, keistimewaan Sander terletak pada kompleksitas gaya. Secara sadar, Sander telah merencanakan membuat karya yang luas dan besar. "Sander ingin membuat dokumentasi manusia Jerman berdasarkan tipologi kerja dan sosialnya," tutur Yudhi, yang kini aktif mengelola Imaging Center, sebuah yayasan yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…