Fotografi August Sander: Orang-Orang Jelek yang Terindah

Edisi: 12/29 / Tanggal : 2000-05-28 / Halaman : 64 / Rubrik : LAY / Penulis : Ajidarma, Seno Gumira , ,


Oleh: Seno Gumira Ajidarma

"ISINYA orang-orang jelek," ujar seorang gadis remaja Indonesia ketika membuka-buka buku foto Manusia-Manusia Abad Ke-20 (Menschen des 20. Jahrhunderts) hasil karya August Sander (1876-1964). Melalui suatu masa kerja yang panjang, melewati Perang Dunia I dan II, sebetulnya Sander telah berhasil memotret beratus-ratus, mungkin malah ribuan, manusia dari segala jenis lapisan masyarakat, dari berbagai zaman, yang diseleksi ke dalam buku itu. Sander memang mempunyai sebuah proyek besar, sebuah ambisi untuk mendokumentasikan bukan penduduk, melainkan manusia. Ia ingin memotret manusia sebagaimana adanya. Tidak hanya raga, tapi juga jiwanya. Apakah ternyata manusia memang jelek?

Kemudian tiba giliran saya untuk membuka-buka Manusia-Manusia Abad Ke-20 itu. Setelah memikirkannya, saya berkesimpulan bahwa istilah jelek bagi remaja yang tak berdosa itu bisa kita ganti menjadi asing. Dalam sudut pandang Indonesia, orang-orang Jerman dari pedesaan terpencil pada 1920-an itu sungguh sesuatu yang kemungkinan besar belum pernah kita kenal. Sesuatu yang asing.

Tampak visual manusia Jerman yang diakrabi orang Indonesia terbatas pada para kanselir dan menteri luar negeri dari koran, para pemain sepak bola dari TV, dan David Hasselhoff dari Baywatch. Bukan orang desa tahun 1920-1930-an dalam foto tua. Dengan kata lain, tampak visual "orang Jerman" yang kita kenal adalah produk industri media massa. Kita lebih mengenal "orang Jerman" dari produk Hollywood tentang stereotip Nazi, ketimbang misalnya dari film Jerman sendiri. "Perempuan Jerman" dalam ikon Hollywood adalah Marlene Dietrich dan tak bisa lain. Selalu perlu waktu untuk menerima para aktris Jerman dalam film Jerman-yang jauh dari kibul-kibul pendewian-sebagai bintang film pula.

Maka, seperti apakah orang-orang dalam foto hitam-putih itu? Memang, bahkan pada foto-foto berjudul Aktris Sinema pun, dari sudut pandang yang terjajah selera massa, bila tidak membaca judulnya, sangat mungkin pembaca akan mengiranya sebagai pelayan toko. Bagi Sander, profesi aktris bukan melulu perkara tampang. Kalau kita membaca bagaimana August Sander memberi judul kepada foto-fotonya ini, yakni sesuai dengan profesi orang-orangnya, terlihat suatu perhatian pada karakter pekerjaan. Manusia adalah apa yang ia kerjakan. Kepribadiannya terletak dalam pekerjaannya.

Dengan begitu, foto seseorang haruslah mengguratkan dengan tegas profesinya tersebut. Akibatnya, meskipun foto-foto Sander merupakan potret--foto tentang orang-dan bukan tentang pekerjaan, pada foto-foto itu tetap terlihat usaha keras memperlihatkan ciri-ciri pekerjaannya. Pemain musik dengan alat musiknya, pengetik steno dengan mesin stenonya, petinju dengan sarung tinjunya dan yang semacamnya terpancar dari serangkaian fotonya.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…