Generasi Baru Musik Indonesia, Sebuah Alternatif

Edisi: 04/29 / Tanggal : 2000-04-02 / Halaman : 47 / Rubrik : LAY / Penulis : Budiman, Irfan , Riyanto, Agus Slamet , Anom, Andari Karina


LAGU Pelangi milik Koes Plus tak lagi mendayu-dayu. Beat lagu itu menjadi cepat, diiringi raungan gitar yang riuh dan bising. Yang lebih gawat, biduan berkepala pelontos melantunkan lagu itu dengan cara melolong. Suaranya parau dan terasa menggebuk gendang telinga. Hasilnya, tembang yang menjadi salah satu tonggak perjalanan band bersaudara itu "hancur" total. Koes Plus bukan satu-satunya korban grup ini. Trio ini juga "memperkosa" lagu Desaku dengan musik gaya punk. Hasilnya? "Hancur". Inilah dekonstruksi musik gaya kelompok Netral.

Penghancuran musik semacam itu tentu bukanlah yang pertama kali dilakukan. Pada 1979, kelompok musik punk asal Inggris, Sex Pistols, mengobrak-abrik karya agung sang flamboyan Frank Sinatra, My Way. Keindahan tembang legendaris itu seolah punah, digantikan oleh suara yang sember dan musik yang ribut. Anehnya, remaja Inggris waktu itu berjingkrak-jingkrak senang.

Kecenderungan mendekonstruksi harmonisasi lagu ini boleh jadi merupakan sikap pemberontakan kelompok ini terhadap kemapanan. Namun, yang tidak bisa disangkal, cara semacam itu mampu mendongkrak popularitas kelompok generasi baru musisi Indonesia dalam waktu yang singkat. Kelompok Sex Pistols, yang sebelumnya memang sudah banyak dikenal, makin meroket saja namanya setelah melantunkan tembang My Way dengan gaya itu.

Hal itu pula yang dialami kelompok Netral. Kelompok musik dengan penjaga gawang Bagus, Mitend, dan Bimo (drummer saat itu)-sebelumnya mereka melemparkan lagu Wa..lah!-tiba-tiba menjadi perbincangan khalayak musik Indonesia pada 1994, salah satunya karena mereka "merusak" harmoni lagu itu. "Musik mereka, untuk ukuran Indonesia, memang baru. Pada masa lalu, (musik seperti ini) barangkali tak mungkin ada," ujar Ian Antono, gitaris God Bless. Album pertama kelompok Netral, yang bertajuk Netral, pada 1994 itu memang terbilang baru, terutama karena gaya punk dalam album itu.

Akibatnya, kesuksesan album itu membuat kelompok Netral masuk ke dalam daftar "ikon" baru industri musik Indonesia. Bersama kelompok musik lainnya seperti Slank, Pas, Dewa 19 dan Gigi, kehadiran kelompok Netral bagai buldoser yang menggusur generasi sebelumnya, yang menjadi raja dan menguasai pasar musik waktu itu. Nama besar seperti God Bless atau Iwan Fals, yang semula menjadi idola, tiba-tiba terlihat renta dan kikuk untuk bersaing dengan generasi ini.

Kehadirannya terasa mendadak dan nyaris berbarengan. Namun, bila dirunut ke belakang, kelompok Slank boleh disebut sebagai perintis jalan buat serombongan kelompok musik generasi baru yang kemudian menyusul di belakangnya. Awalnya, grup musik yang dimotori Bimbim ini berdiri pada 1983 dengan nama Cikini Stones Complex. Mereka membawakan lagu-lagu The Rolling Stones. Setelah malang melintang dari panggung ke panggung, pada 1990, mereka memutuskan untuk rekaman.

Namun, demo kaset Slank selalu ditolak oleh perusahaan rekaman besar. Alasannya, musik mereka tak laku dijual. Bisa dimaklumi, akhir dekade 1980, pasar musik didominasi God Bless atau Nicky Astria. Akibatnya, siapa pun yang mencoba masuk ke dalam industri ini setidaknya harus berbau seperti dua nama kondang itu. "Sudah, deh, kami sembarangan saja. Terserah mau bikin album apa," kata Bimbim, penabuh drum sekaligus penggagas band ini.

Mereka memutuskan untuk melawan dengan musik rock and roll dengan sentuhan balada yang "bluesy", sedangkan lirik-liriknya berkesan seenaknya. Perlahan tapi pasti, kelompok Slank mulai menempati posisi teratas dalam industri musik kala itu. Album mereka, Suit, Suit, He-he-he (1989), laku keras. Keberhasilan kelompok Slank memicu anak-anak muda lainnya untuk mengikuti jejak serupa. Salah satunya adalah kelompok Dewa 19, yang meluncur dalam kemasan pop yang manis.

Pada saat yang bersamaan, di belahan dunia lain tengah berkecamuk sebuah epidemi yang cakarnya begitu mengoyak. Tiga pemuda asal Kota Seattle, Amerika Serikat, Kurt Cobain, Chris Novoselic, dan Dave Grohl, mengibarkan sebuah warna musik yang terdengar tak lazim, grunge. Album kedua Nirvana, Never Mind (1991), meledak dan laku hingga 4 juta…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…