Mereka yang Selalu Mencari

Edisi: 04/29 / Tanggal : 2000-04-02 / Halaman : 56 / Rubrik : LAY / Penulis : W, Hendriko L. , Anom, Andari K. , B, Ardi


========================
* Dewa 19: Dari Surabaya ke Jakarta

KELAK, empat siswa SMP Negeri 6 Surabaya itu akan menceritakan dengan bangga sebuah perjalanan kisah sukses. Inilah cerita tentang sekelompok anak muda yang berhasil menjadi salah satu ikon dalam peta musik di negeri ini. Adalah Dhani Ahmad Prasetyo (keyboard, vokal), Erwin Prasetya (bas), Wawan Juniarso (drum), dan Andra Junaidi (gitar) yang saat itu adalah pemuda-pemuda "kecil", yang menjadi "founding fathers" kelompok band bernama Dewa, pada 1986. Nama ini adalah singkatan dari inisial para personelnya.

Saat itu, ketika kelompok-kelompok band Surabaya cenderung memainkan aliran heavy metal Iron Maiden, Dewa muncul dengan lagu-lagu milik kelompok Toto, yang kental dengan warna pop. Erwin Prasetya, yang cenderung menyukai jazz, kemudian menyeret kelompok ini tercebur dalam kekenesan musik fusion Casiopea sehingga Andra dan Dhani Manaf, yang matang pada jalur rock, mulai bergeser pada kecenderungan Erwin. Bahkan, mereka sempat berangan-angan ingin menjadi Krakatau atau Karimata, dua kelompok jazz yang saat itu tengah dipuji-puji kritikus musik.

Adalah penggebuk drum Wawan Juniarso yang tak setuju dengan cita-cita itu. Dia keluar pada 1998. Posisi Wawan lantas digantikan Salman. Nama Dewa pun berubah menjadi Down Beat, diambil dari nama majalah jazz yang terbit di AS.

Untuk kawasan Jawa Timur, nama Down Beat cukup bergema di berbagai panggung festival. Wawan Juniarso tak ragu untuk kembali bergabung. Pada saat yang sama, Ari Lasso pun dinobatkan menjadi vokalis. Nama Dewa kembali dikibarkan. Kali ini dengan embel-embel angka 19, yang menandakan usia personelnya waktu itu. Berhubung Surabaya tak memiliki studio yang memenuhi persyaratan pada masa itu, terpaksa dengan modal pas-pasan mereka hijrah ke Jakarta. Dan dengan kehidupan yang irit, Dhani membawa kaset demo itu dari satu perusahaan rekaman ke perusahaan lain dengan mengendarai bus kota.

Racikan musik pop, rock, dan jazz yang mereka suguhkan membuat Dewa ditarik masuk dapur rekaman. "Dari diskusi pada proses rekaman, kami benar-benar mencari yang alternatif dengan mendengarkan semua (aliran) musik yang ada, lalu coba-coba," tutur Ahmad Dhani kepada TEMPO pada saat pentas di Bali beberapa waktu silam.

Kemunculan Dewa 19 pada 1992 itu pun menggoyang grup musik tangguh seperti Slank, Java Jive, Kla Project, atau Kahitna, yang saat itu merajai pasar. Angka penjualan album pertama mereka yang berjudul 19 ini memang di luar dugaan. Album pertama itu terjual sebanyak 300 ribu keping kaset. Dengan prestasi ini, mereka langsung dilimpahi aneka penghargaan dalam ajang BASF Award 1993, yaitu untuk kategori pendatang baru terbaik dan album terlaris.

Meraih Masa Depan, album kedua yang dilempar pada 1994, juga berhasil mencapai angka penjualan sangat baik. Sayang, kesuksesan ini harus dibayar dengan perginya Wawan dengan alasan "tidak ada kecocokan di antara mereka". Dewa pun menggunakan additional music untuk penggebuk drum, antara lain Ronald-drummer yang dikenal sebagai personel Gigi-dan Rere, drummer Grass Rock.

Toh, kesuksesan belum bosan menguntit anak-anak muda ini. Album ketiga, bertajuk Terbaik Terbaik, terjual hingga 300 ribu kaset. Mereka pun menggondol BASF Award 1996 untuk tiga kategori: musik rock terbaik, penata musik rekaman terbaik, dan grup rekaman terbaik. Di dalam album ini, Lilo-personel Kla…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…