Cephas: Fondasi Awal, Fotografi Indonesia

Edisi: 16/28 / Tanggal : 1999-06-27 / Halaman : 39 / Rubrik : LAY / Penulis : , ,


SEABAD silam, di sebuah siang yang tenteram di Yogyakarta, sepasang sahabat tengah menikmati pertunjukan wayang beber. Kedua sahabat itu adalah Dr. Wahidin Soedirohusodo dan G.A.J. Hazeu. Yang pertama adalah seorang "pemoeda" pergerakan, yang kelak dikenal sebagai pelopor Boedi Oetomo, sedangkan yang terakhir adalah ahli kebudayaan Jawa. Dr. Wahidin memang sengaja menyediakan rumahnya untuk pertunjukan wayang itu karena Hazeu tengah mengadakan penelitian kebudayaan tentang wayang beber.

Adalah fotografer Kassian Cephas yang kemudian bertugas memotret pertunjukan tersebut. Setelah pertunjukan, mereka pun duduk leyeh-leyeh di teras rumah. Dan momen itulah yang segera direkam oleh kamera Cephas, yang kelak menandakan sebuah persahabatan yang terpisahkan oleh ideologi dan perjalanan sejarah.

Perjalanan sejarah ini menjadi salah satu momentum yang kemudian merupakan jejak serangkaian foto-foto karya Kassian Cephas (1845-1912), fotografer (pribumi) pertama di Indonesia. Empat puluh foto-fotonya saat ini tengah dipamerkan di Keraton Yogyakarta atas kerja sama Keraton, KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal Land-en Volkenkunde) dan Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA), dan diresmikan oleh Sultan Hamengku Buwono X, dua pekan silam. Pameran foto yang akan dilanjutkan dengan pameran keliling bulan depan di Hotel Phoenix, Yogyakarta, dan di Bank Universal serta Erasmus Huis, Jakarta, ini bukan hanya menguak sebuah masa lalu tentang kehidupan keraton di Jawa Tengah, tetapi juga menandai letak fondasi fotografi Indonesia.

Kenapa foto karya Cephas itu begitu penting? Menurut Prof. Gerrit Knaap, sejarawan Belanda yang memimpin Departemen Dokumentasi Sejarah KITLV yang sekaligus menulis buku Cephas, Yogyakarta: Photography in the Service of the Sultan itu, Cephas adalah "pencipta jalan ke (dunia) modern" di Indonesia. Meski sebelum Cephas sudah ada beberapa fotografer Eropa yang memotret Indonesia, Cephas merupakan fotografer (pribumi) pertama yang berhasil merekam (sebagian) kehidupan pada masa kolonialisme abad ke-19.

Seratus sepuluh buah foto dalam buku edisi luks terbitan KITLV ini sesungguhnya hanya sebagian dari 500 buah foto Cephas yang dimiliki KITLV, sebuah lembaga swasta antropologi, bahasa, dan sejarah terkemuka di Belanda. Tetapi, paling tidak, foto-foto ini sekilas membuka sebuah album lama dan sejarah negeri…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…