Paket 1 Plus 4, Setelah Habibie Mendobrak

Edisi: 11/28 / Tanggal : 1999-05-24 / Halaman : 20 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Zulkifli, Arif , Hermawan, Hardy R. , Kuswardono, Arif A.


JARGONNYA mentereng, "Golkar Baru, Bersatu untuk Maju." Dalam iklan yang setiap hari terpampang di layar televisi jutaan keluarga Indone-
sia itu, tampak ratusan orang dengan berbagai suku dan agama berlari mengusung bendera Golkar ke atas bukit. Di bawah deras hujan, mereka merapatkan barisan. Lalu, si Bung Ketua Umum Golkar, Akbar Tandjung, mengepal-ngepalkan tinju menggugah semangat. Inti pesannya kurang lebih begini: inilah Golkar baru, partai lama yang dikemas dengan semangat anyar. Dan jangan sekali-kali menghubung-hubungkan Partai Golkar dengan Golkar era lalu. Golkar dulu sarang KKN, sumber pengambilan keputusan politik yang batil, Partai Golkar baru justru memberantas korupsi, memperjuangkan kebajikan. Jadi..., inga...inga nomor 33 dalam pemilu Juni mendatang. Akbar mengepalkan tangan lagi, meyakinkan.

Golkar baru benar-benar baru? Setuju atau tidak, Anda boleh berdebat sampai pagi. Tapi iklan memang harus muluk. Mana ada, sih, kecap nomor dua. Tapi, semangat Golkar baru yang diserukan Akbar Tandjung dalam iklan itu seakan jauh panggang dari api. Contohnya baru terjadi di depan mata. Dalam Rapat Pimpinan (Rapim) Golkar, yang dilangsungkan di Hotel Indonesia, Kamis dan Jumat pekan lalu, "budaya" yang dipelihara Golkar lebih dari 30 tahun diulang kembali: calon tunggal presiden RI. Kalau di zaman baheula ada apel-apel kebulatan tekad, disusul penetapan Golkar secara aklamasi bahwa calon yang muncul satu orang dan tidak dapat diganggu gugat, yakni Soeharto, kini calon tunggal itu adalah B.J. Habibie. Orang pun segera sadar, buah tak jatuh jauh-jauh dari pohonnya. Habibie memang dibesarkan dalam tradisi politik Soeharto. Padahal, jauh sebelum Rapim, sempat beredar empat nama lainnya, yakni Akbar Tandjung, Wiranto, Ginandjar Kartasasmita, dan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Tapi itulah, lagi-lagi lagu lama khas Beringin.

Kemenangan kubu Habibie dalam Rapim dua hari itu adalah puncak dari "permainan politik" yang panjang. Nama Habibie memang telah lama muncul dalam peta pertarungan politik di partai yang kini berkuasa itu. Maklum, selain sebagai presiden, Bung Rudy, begitu ia biasa disapa, adalah salah seorang anggota Dewan Penasihat Golkar. Wajarlah bila sebagai presiden transisi, ia jelas-jelas ingin tetap duduk di kursinya pada periode berikutnya. Kendaraan politik paling andal tentu saja Golkar. Sementara itu, Akbar Tandjung adalah Ketua Umum Golkar, yang juga diarep-arep pendukungnya agar bisa mentas sebagai presiden.

Dalam Rapat Kerja Nasional I, yang juga dilaksanakan di Hotel Indonesia, Maret lalu, keduanya bersaing hebat. Akbar, dengan didukung oleh barisan penyokong seperti Marzuki Darusman, Ferry Mursyidan Baldan, dan barisan ormas…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…