Halo, Apa Betul Ini Suara Habibie dan Ghalib?

Edisi: 21/27 / Tanggal : 1999-03-01 / Halaman : 18 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Mandayun, Rustam F. , Dharmasaputra, Karaniya , Sepriyossa, Darmawan


AKHIRNYA, ada juga yang menendang "bola" itu hingga menggelinding dan menabrak-nabrak kewibawaan pemerintah. Majalah Panji Masyarakat, lewat pemberitaan sampul depan "Beredarnya Rekaman Ghalib-Habibie", yang beredar pekan lalu, menerbitkan rekaman percakapan telepon antara Presiden Habibie dan Jaksa Agung Andi M. Ghalib. Walau sudah dibungkus kehati-hatian, "bola" itu sudah melesat ke mana-mana dan membuka aib baru pemerintah yang kini berkuasa. Setidaknya ada dua aib. Pertama, soal penyadapan itu sendiri, yang memperlihatkan betapa buruknya sistem keamanan lembaga kepresidenan. Kedua, kalau rekaman percakapan telepon itu benar, ini menurunkan citra pemerintah di mata masyarakat. Sebab, yang dibicarakan menyangkut pemeriksaan terhadap bekas presiden Soeharto dan dua orang pengusaha terkenal.

Kaset percakapan itu sendiri sudah beredar lama dalam lingkup yang terbatas, dari tangan ke tangan, entah dari mana sumbernya. Tapi, begitu dimuat utuh dalam Panji Masyarakat, rekaman itu pun tak terbendung lagi peredarannya. Ia diperdengarkan di radio dan di televisi, diulas sejumlah pakar dan tokoh masyarakat. Masyarakat luas seperti diberi tahu_kalau memang kurang tahu_bahwa pemeriksaan mantan presiden Soeharto ternyata tak lebih dari "sandiwara politik" untuk menenteramkan masyarakat. Itu bukan, atau belum, sebuah upaya mendudukkan Soeharto sebagai pesakitan di muka hakim untuk empertanggungjawabkan sejumlah masalah, terutama kekayaannya, selama memimpin negeri ini.

Awal cerita percakapan telepon ini memang dimulai dengan peristiwa pemeriksaan Soeharto yang dilakukan di Gedung Kejaksaan Tinggi DKI, Jakarta, 9 Desember tahun lalu. Lokasi pemeriksaan itu sendiri berubah mendadak dari tempat semula di Gedung Bundar Kejaksaan Agung.

Pagi itu, pukul 07.30 WIB, Soeharto, didampingi sejumlah pengacaranya, menghadap tim Kejaksaan Agung di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…