Gempa Politik dari Pulsa Telepon

Edisi: 21/27 / Tanggal : 1999-03-01 / Halaman : 20 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Dharmasaputra, Karaniya , Sepriyossa, Darmawan , Budiyarso, Edy


DENGAN ini saya meletakkan jabatan sebagai Presiden Amerika Serikat." Itulah bunyi surat pernyataan berhenti yang amat singkat dari Richard Milhous Nixon. Skandal Watergate yang melegenda itu mengempaskannya dari puncak kekuasaan pada 1974. Ia terbukti terlibat aksi penyadapan ilegal terhadap kubu lawan politiknya, Partai Demokrat. Nixon akhirnya memang tercatat sebagai presiden pertama yang mengundurkan diri dari Gedung Putih, dua setengah tahun sebelum masa jabatannya berakhir.

Presiden B.J. Habibie, tentu saja, bukan Nixon. Dalam kasus rekaman percakapan telepon yang menghebohkan ini, Habibie bukan dari pihak yang "menyadap", melainkan yang "tersadap" Meski demikian, dampak politiknya boleh jadi sama. Beredarnya kaset rekaman yang diyakini banyak pihak merupakan pembicaraan telepon antara Presiden Habibie dan Jaksa Agung Andi Ghalib itu menyimpan sebuah gempa politik yang mahadahsyat.

Kasus ini ibarat belati bermata dua. Di satu sisi, ada skandal penyadapan, yang bukan hanya tak etis, tapi juga merupakan tindak pelanggaran hukum. Tindakan yang seharusnya sangat terlarang_bukan hanya karena menyangkut orang nomor satu di republik ini_terhadap rakyat jelata sekalipun. Tapi, di sisi lain_yang lebih tajam_jika isi rekaman itu memang autentik, substansi berhalo-halo kedua petinggi negara itu jelas mengandung skandal politik yang tak bisa dianggap sekadar angin lalu.

Soalnya menyangkut barometer reformasi: pemeriksaan mantan presiden Soeharto. Sementara bocoran rekaman itu mengesankan dengan amat kuat bahwa proses pemeriksaan Soeharto ternyata tak lebih dari pentas sandiwara. Perhatikan cuplikan berikut ini, yang dikutip dari majalah Panji. Di salah satu bagian, ada suara (mirip) Habibie yang menanyakan, "Tapi dengan Bapaknya baik, ya?" Suara (mirip) Ghalib lalu menjelaskan (sambil tertawa-tawa) pemercepatan proses pemeriksaan itu. Ia membandingkannya dengan yang dialami para terperiksa lain, contohnya Bob Hasan, yang sampai tujuh jam…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…