Daripada Uu Kebahasaan

Edisi: 04/36 / Tanggal : 2007-03-25 / Halaman : 81 / Rubrik : BHS / Penulis : Bujono, Bambang, ,


PEMBACAAN cerita silat di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, mengingatkan kembali betapa bahasa Melayu Betawi memperkaya bahasa Indonesia. Dulu, pada tahun 1960-an atau sebelumnya, oleh guru-guru bahasa Indonesia (terutama di daerah yang tak begitu mengenal dialek Betawi) bahasa cerita silat ini dikecam sebagai ”bahasa yang merusak”. Misalnya mendusin, mengegos, melengak, ngambul, mengaung, menyampok, molos, dan pelabi.

Acara di pertengahan bulan lalu itu juga mengingatkan pada sastra Melayu Tionghoa yang disebut juga Melayu rendah, yang sudah hidup pada abad ke-19 di Hindia Belanda. Dalam hal sastra ini, ”kekhasan” itu antara lain karena cara menuliskan bunyi kata begitu ”subyektif”: diya (dia), nyang (yang), brangkat (berangkat), prenta (perintah), stenga (setengah), tida (tidak), buwat (buat), dan banyak lagi.

Melayu rendah inilah bahasa sehari-hari di seluruh Hindia Belanda.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Pembantu: Dari Rumah Tangga sampai Presiden
2007-11-04

Membantu dan menolong adalah contoh kata yang disebut bersinonim. keduanya dapat saling menggantikan: bisakah membantu/menolong…

P
Pusat Bahasa dan Sultan
2009-10-18

Suatu waktu, cobalah anda membuka homepage resmi pusat bahasa departemen pendidikan nasional, www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/. situs tersebut…

M
Metafor dalam Diplomasi
2009-09-06

Sudah 10 tahun bekas provinsi termuda indonesia, timor timur, yang berintegrasi pada 17 juli 1976…