Aceh Menanti Transmigran

Edisi: 25/34 / Tanggal : 2005-08-21 / Halaman : 142 / Rubrik : INF / Penulis : , ,

PERDAMAIAN antara Repuiblik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tak hanya dinantikan warga asli Aceh, tapi juga warga pendatang, terutama transmigran. Mereka begitu merindukan konflik yang berlangsung berkepanjangan itu segera berakhir.

Harapan itu mungkin akan segera terwujud bersamaan dengan ditandatanganinya kesepakatan perdamaian antara RI dan GAM di Helsinki pada 15 Agustus mendatang.

Perdamaian ini, menjadi penting bagi para transmigran. Ini karena Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) yang subur dan kaya potensi merupakan tujuan transmigrasi favorit.

Sebelum ini, banyak dari warga pendatang yang pernah bermukim di tanah rencong sebagai transmigran, menyimpan kekhawatiran untuk kembali tanah harapan itu. Konflik berkepanjangan memaksa mereka mengungsi, meninggalkan lahan garapan mereka. Bencana tsunami menambah kekhawatiran mereka untuk kembali ke Aceh.

Tengok saja Unit Penempatan Transmigran (UPT) di Desa Ranto Selamat, Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. Menurut Ngatmidi, 36, Kepala Desa Ranto Selamat, dari kurang lebih 184 kepala keluarga (KK), 60 persen transmigran mengungsi. Dari yang mengungsi itu, baru 40 persen yang akan kembali. Untuk itu akan dibangun 128 rumah baru bagi transmingran yang pulang dari mengungsi.

Konflik Aceh memang pahit, tapi banyak transmigran yang sebelumnya bermukim di Aceh berniat kembali ke sana. Kamari, 45, adalah salah satunya. Empat tahun lalu, pria asal Blitar ini mengaku didatangi sekelompok orang bersenjata dari GAM. "Mereka menyuruh saya sekeluarga keluar. Rumah dibakar," ujar ayah tiga orang anak…

Keywords: -

---

Foto Terkait