Ramai-Ramai Meredifinisikan CSR

Edisi: 09/36 / Tanggal : 2007-04-29 / Halaman : 92 / Rubrik : IT / Penulis : Arianto, Arif, Andryanto, S. Dian,

CORPORATE Social Responsibility (CSR) dipandang beda. “Satu dekade terakhir, ada pergeseran paradigma pada pengelola perusahaan dalam memandang kegiatan CSR,” tutur seorang Direktur Eksekutif sebuah perusahaan consumer goods, beberapa waktu lalu.

Inti perubahan itu, kata sang direktur, sejak itu program CSR tak lagi dipandang sebagai kegiatan yang identik dengan pemborosan anggaran alias cost center semata. Namun, CSR telah dilihat memiliki nilai strategis, yaitu sebagai investasi untuk memperkuat keberadaan perusahaan di masa depan.

Pandangan serupa juga diutarakan Dodit Setiandi, pengamat manajemen perusahaan di Jakarta. “Cara pandang terhadap CSR sebagai kegiatan yang cost center itu, ada pada mayoritas pengelola perusahaan di Indonesia pada dekade 1990-an,” katanya. Menurut Dodit, yang juga Resseach Fellow pada Business Council for Suistainable Development, itu menyebutkan, cara pandang semacam ini tak lepas dari orientasi para pemilik dan pengelola perusahaan kala itu.

Tiga pilar utama perusahaan, yaitu pemilik, manajemen yaitu para direksi, serta karyawan memunyai sudut pandang yang berbeda pula. Dari kacamata pemilik perusahaan, mereka ingin perusahaan langgeng (sustainable). Mereka ini melihat pos CSR sebagai cost. Sedangkan para direksi, karena perhitungan bonus yang bakal diterimanya tergantung besar atau kecilnya laba perusahaan, mereka akan berpikir jika CSR dianggap sebagai cost maka ada kemungkinan bonus yang mereka terima bakal berkurang.

Kondisi itu menyebabkan bias bagi direksi. Pasalnya, mereka ditugasi para pemilik perusahaan untuk mencetak laba sebesar-besarnya sekaligus menjaga keberlangsungan perusahaan. Alhasil, banyak perusahaan yang enggan melakukan kegiatan CSR. Bagi mereka, kegiatan itu tidak menampakkan…

Keywords: -

---

Foto Terkait