Jika Proklamasi 72 Memilih…

Edisi: 45/37 / Tanggal : 2009-01-04 / Halaman : 50 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Tim Tempo, ,


Lelaki asal Slovenia itu duduk di antara penonton Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Ia menyimak dengan tekun karyanya, What About Leonardo?, yang dipentaskan Teater Koma. Naskah itu sudah dipentaskan di 12 negara. Kini naskahnya dipentaskan di sebuah negara yang tak pernah terbayangkan dalam benaknya.

Evald Flisar, 61 tahun, sang dramawan, terkejut karena selama lebih dari tiga jam, naskahnya disuguhkan dengan stamina kuat tanpa potongan sama sekali. Biasanya, di negara lain, naskahnya disunat terutama pada bagian-bagian yang menyodorkan debat ”dunia medis”, yang rumit dan panjang. Naskahnya berkisah tentang konflik dua dokter, Hopman dan DaSilva, mengenai cara-cara menangani orang gila di sebuah lembaga rehabilitasi saraf. Mereka memiliki metode penyembuhan pasien yang bertentangan. ”Flisar suka dengan adegan bayang-bayang saat Cornelia Agatha yang memerankan dr DaSilva ditusuk, katanya lebih tragis,” tutur Ratna Sari Madji, aktris Teater Koma.

Kedatangan Evald Flisar ini adalah salah satu peristiwa penting dalam jagat seni pertunjukan Indonesia pada 2008. Apalagi pentas Teater Koma Kenapa Leonardo? pada Januari itu sebuah anomali dalam teater ini. Pertunjukan itu sangat serius, sementara Teater Koma, identik dengan banyolan operet. Identitas itu lenyap total. Para aktor Teater Koma seperti Budi Ros, Dorias Pribadi, Dudung Hadi, menyodorkan permainan watak yang mengagumkan.

Syahdan, dunia tari melahirkan fenomena menarik. Tiba-tiba saja Yogyakarta menjadi kota yang dicintai para penari butoh Jepang. Min Tanaka, setelah selama 45 hari mengembara ke pelosok Toraja, Bajau, Parapo, sampai Pulau Kangean, menceritakan pengalamannya berkeliling Indonesia mencari inti tari di Yogyakarta. Puncaknya, pertengahan Desember lalu mereka menggelar festival The Life of Butoh di kota itu. Beberapa tokoh tua butoh yang usianya berkisar 70 tahun dari berbagai aliran, seperti Ko Muroboshi, Yoshito Ohno, Tomiko Takai, mencipta karyanya berdasarkan tanggapannya atas atmosfer kota itu. Inilah yang kami anggap sebagai catatan istimewa dalam dunia tari tahun ini.

Tahun 2008 juga merupakan tahun yang istimewa bagi dunia film. Inilah tahun ketika jumlah produksi film nasional mencapai angka tertinggi, yakni terbanyak selama 10 tahun belakangan. Ada 90 film layar lebar nasional yang diputar di bioskop sepanjang tahun ini. Meski didominasi oleh horor dan komedi seks, di antara hutan belukar yang penuh kuntilanak, pocong, dan hantu di ambulans itu, terselip juga beberapa film bagus. Bahkan pada tahun ini pula dua buah film yang meraup penonton terbanyak bukanlah berasal dari kedua genre di atas. Yang pertama, pada awal tahun, Ayat-ayat Cinta (Hanung Bramantyo) meraup 3,8 juta penonton, dan film Laskar Pelangi (Riri Riza) meraih 4,4 juta penonton. Kedua film laris ini juga diangkat dari…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04

Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…

D
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04

Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…

Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04

Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…