Afrizal Di Atap Bahasa
Edisi: 45/37 / Tanggal : 2009-01-04 / Halaman : 54 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Tim Tempo, ,
Puisi, di tangan Afrizal Malna, sejenis permainan bahasa dan logika yang asyik. Ia konsisten memberikan suara pada benda-benda dan menyediakan ruang percakapan pada organ tubuh. Keteguhan ini bukan berarti ia terus membiarkan bahasa terjerembap ke dalam lorong gelap. Simbol-simbol dan bahasa puisi Afrizal justru memberikan ruang bagi tumbuhnya proses semiotika dalam diri pembaca.
Dalam sajak-sajak yang terhimpun dalam Teman-temanku dari Atap Bahasa (Lafadl Pustaka, Yogyakarta, 2008), penyair 51 tahun ini kian menegaskan bahwa puisi pertama kali datang untuk dinikmati, bukan berpretensi untuk dimengerti. Puisi-puisinya menangguhkan konklusi. Ia tak membebaskan kata dari makna, tapi membenamkan makna baru pada kata.
Kita bertemu, misalnya, dengan âpagi-pagi sekali hutan telah bangun/dan berjalan ke kamar hotelmuâ ketika Afrizal berbicara tentang pohon dan sungai Kalimantan yang tumpas dalam sajak Bau Air Mata di Bantal Tidurmu. Hutan di sana tak lagi hadir sebagai benda atau…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…