Panggung Kecil Untuk Orang Besar

Edisi: 13/38 / Tanggal : 2009-05-24 / Halaman : 26 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Arif Zulkifli, Sunudyantoro, Iqbal Muhtarom


SEORANG laki-laki sigap menyorongkan panggung kecil warna biru ke belakang podium ketika nama Boediono, 66 tahun, disebutkan. Bekas Gubernur Bank Indonesia itu bangkit dari kursinya lalu menghampiri calon presiden 2009-2014 Susilo Bambang Yudhoyono, yang telah menunggu di atas. Berdiri di samping Yudhoyono yang tinggi besar, Boediono yang tak terlalu pendek namun kerempeng itu memang tampak seperti liliput. Dingklik biru setinggi 10 sentimeter itu disiapkan panitia agar tinggi keduanya tak terlalu jauh terpaut.

Adegan itu tampak saat Yudhoyono dan Boediono menghadiri acara geladi bersih deklarasi keduanya menjadi calon presiden dan wakil presiden, Jumat pekan lalu, beberapa jam sebelum acara.

”Alat bantu” itu luput dari perhatian tamu yang menghadiri deklarasi di Gedung Sasana Budaya Ganesha Institut Teknologi Bandung. Para undangan tercekam oleh haru biru acara. Boediono berpidato dalam bahasa yang tangkas. ”Sejak merintis karier sebagai ekonom, tidak pernah ada cita-cita menduduki jabatan puncak di negeri ini,” katanya.

Boediono, yang dikenal kalem dan santun, malam itu berani berolah kata. Dengan cerdik ia menangkis tudingan bahwa ia penganut pandangan ekonomi neoliberal. Ia berani menyentil kiri-kanan dengan mengatakan tidak punya bisnis dan konflik kepentingan. Jabatan, kata dia, tidak untuk mencari muka.

Tak seperti Yudhoyono yang membaca teks, Boediono seolah menghafal naskah. Menghafal? Ah, sebetulnya tidak juga. Malam itu ia dibantu teleprompter—alat yang biasa dipakai penyiar berita televisi.

Malam sebelumnya, di sebuah tempat di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Boediono dilatih agar lancar membaca melalui alat bantu itu. Naskah pidato yang disiapkan seorang penulis kawakan itu harus rampung dibaca dalam tujuh menit. ”Latihan dilakukan berkali-kali,” kata seorang sumber Tempo.

Panitia dengan serius memperkuat citra positif yang sudah melekat pada Boediono: kalem, sederhana, dan cendekia. Jumat pagi, beberapa jam sebelum deklarasi, ia misalnya pergi ke Bandung dengan menumpang kereta api Parahyangan—kereta sederhana dengan harga tiket Rp 45.000 per orang.

Di kereta berpenyejuk udara itu, Boediono duduk di kursi 7A. Di sebelahnya tampak ekonom M.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04

Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…

D
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04

Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…

Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04

Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…