Berebut di Posisi Kepala Naga

Edisi: 22/38 / Tanggal : 2009-07-26 / Halaman : 70 / Rubrik : LANS / Penulis : Harun Mahbub, ,


Tein Saputra punya istilah menarik tentang kawasan Kelapa Gading. ”Kota jadijadian,” demikian menurut lakilaki 43 tahun yang bekerja sebagai petugas keamanan kawasan bisnis dan hunian terpadu di Jakarta Utara itu. Sebab, menurut Tein, yang penduduk asli kawasan itu, hingga 1985 Kelapa Gading masih penuh sawah dan rawarawa—lengkap dengan tumbuhan berduri setinggi dua meter—yang menjadi penampungan air. Pemandangannya lebih mirip hutan. ”Maling masuk tidak terlihat,” katanya.

Masruri, 50 tahun, yang tinggal di Kelapa Gading sejak 20 tahun lalu, pun memiliki kesan serupa. Pada 1990an saja, menurut dia, rawa dan sawah masih membentang. ”Dulu masih gelap, tahutahu gedung tumbuh satu per satu,” kata Masruri, yang sekarang membuka kios rokok di emperan pertokoan.

Kelapa Gading seperti hasil sulap. Rawarawa yang dulu mendominasi kawasan seluas 1.600 hektare itu berubah menjadi hutan beton. Ruang terbuka hijau di kawasan itu tinggal sejumput, digantikan bangunan komersial, perkantoran, dan hunian.

Adalah pengembang PT Summarecon Agung Tbk. yang menjadi perintis. Pengembangan kawasan itu adalah proyek pertama Summarecon, yang berdiri pada 1975.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

P
Peta Lokal, Jaringan Global
2009-04-12

Peta hijau jelajah jakarta merupakan green map pertama di dunia yang dibuat berbasis jalur transportasi…

T
Tersembunyi di Balik Jakarta
2009-04-12

Peta hijau selalu memiliki kejutan. dengan petunjuk peta tersebut, bisa ditemukan banyak daerah menarik di…

S
Sensasi di Tengah Kota
2009-04-12

Ada beberapa tempat istimewa yang tersembunyi di antara bangunan bertingkat, permukiman superpadat, dan pasar di…