Tak Ada Rumah Robin Hood

Edisi: 03/39 / Tanggal : 2010-03-21 / Halaman : A3 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : TIM LIPSUS, ,

LIMA puluh lima bangunan berjejer rapi tak jauh dari jalan raya Cengkareng-Kapuk, Jakarta Barat. Bangunan berlantai lima itu menyerupai huruf L dari arah selatan ke utara. Tampak jendela-jendela berterali besi dan gorden bercorak bunga serasi dengan tembok gedung berwarna abu-abu. Kawasan seluas 5,1 hektare ini terlihat asri, rapi, dan bersih. "Sudah jarang penghuni yang menjemur di jendela," kata Hartono, salah seorang pengelola rumah susun ini.

Deretan bangunan yang menjulang tinggi itu adalah perumahan Cinta Kasih Buddha Tzu Chi. Rumah susun sewa ini sebagian besar dihuni eks warga pinggiran bantaran Kapuk Muara, Kali Angke, Jakarta Barat, yang rumahnya terkena banjir atau tergusur. Sebanyak 1.100 keluarga atau 3.400 jiwa menempati rumah yang masing-masing luasnya 36 meter persegi di kompleks ini.

Fasilitas umum dan sosial di rumah susun sewa ini lumayan lengkap. Ada sarana olahraga, tempat ibadah, sekolah, poliklinik, kios, dan pasar tradisional. Juga ada tempat daur ulang sampah yang bisa menampung 50-an pekerja dan bengkel hasta karya yang mempekerjakan 40-an penghuni rumah susun ini. Ada pula kios berukuran 3 x 2 meter yang ongkos sewanya cuma seribu perak sehari.

Penghuni rumah susun ini bisa pergi ke mana saja dengan angkutan umum, termasuk ke pusat kota, dan melakukan kegiatan ekonomi lainnya. Mereka juga tak perlu jauh-jauh mencari nafkah karena hampir semuanya bekerja di seputar kompleks. "Ini salah satu contoh konsep rumah susun yang benar," kata pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Jakarta, Yayat Supriatna, di Jakarta pekan lalu.

Tak banyak rumah susun di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta seperti rumah susun sederhana sewa (rusunawa) kelolaan Yayasan Buddha Tzu Chi yang berpusat di Taiwan ini. Persis di depan rumah susun ini terdapat rumah susun Bumi Citra…

Keywords: -

---

Foto Terkait