Detektor Tsunami Cap Mutiara Hitam
Edisi: 33/40 / Tanggal : 2011-10-23 / Halaman : 82 / Rubrik : ILT / Penulis : Reza Maulana, Joniansyah,
TERKEJUT, kutilang itu panik. Deyoti, panggilan burung berumur satu tahun itu, berusaha terbang, tapi terbentur jeruji kayu, yang cuma berukuran 50 x 30 x 30 sentimeter. Jadi, ia cuma menclok sana-sini, sehingga sangkarnya berguncang. Detik berikutnya, lonceng berbunyi nyaring. Teng⦠teng⦠teng⦠tengâ¦.
Lonceng itu bukan hiasan, melainkan bagian dari alat pendeteksi dini tsunami buatan tiga siswi sekolah dasar asal Papua: Demira Yikwa (SD YPPGI, Tolikara, kelas V), Yohana Oprawiri (SD Nawiri Baru, Komoro, kelas VI), dan Albertina (SD Inpres Tiga Raja Amungme, Timika, kelas IV). "Alat ini bekerja berdasarkan kepanikan burung," ujar Demira, 11 tahun, saat ditemui Tempo di Institut Yohanes Surya, Tangerang, awal pekan lalu.
Cara kerjanya sederhana. Keempat sisi sangkar burung ditempeli sensor gerak, yang merekam guncangan. Setiap sepuluh guncangan, bisa juga lebih, alat yang disebut microcontroller itu mengirim pesan ke motor penggerak.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ekornya pun Bisa Menembak
1994-05-14Dalam soal ekonomi, rusia bisa dikelompokkan terbelakang. tapi teknologi tempurnya tetap menggetarkan barat. kini rusia…
Ia Tak Digerakkan Remote Control
1994-04-16Seekor belalang aneh ditemukan seorang mahasiswa di jakarta. bentuknya mirip daun jambu. semula ada yang…
Pasukan Romawi pun Sampai ke Cina
1994-02-05Di sebuan kota kecil li-jien, di cina, ditemukan bukti bahwa pasukan romawi pernah bermukim di…