Tangan Godfather Di Kampung Ambon
Edisi: 10/41 / Tanggal : 2012-05-13 / Halaman : 76 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Mustafa Silalahi, Pramono, Anton Aprianto
ULAH tujuh orang itu benar-benar merepotkan petugas ruang tahanan Kepolisian Resor Jakarta Pusat. Dua bulan ditahan, selama itu pula mereka selalu bikin onar. Tidak hanya memerintahkan tahanan lain mencuci baju atau memijat, mereka bahkan meminta setoran. Satu orang tahananâyang notabene berstatus sama dengan merekaâdikutip Rp 5-10 juta dengan dalih "biaya keamanan" di penjara.
Kelakuan "preman" itu terungkap tiga pekan lalu setelah sejumlah tahanan mengadu. Hari itu petugas menceraiberaikan mereka. Beberapa di antara mereka dititipkan di sejumlah ruang tahanan kepolisian sektor di Jakarta Pusat. "Kami tak mau ambil risiko," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Pusat Ajun Komisaris Besar Hengki Haryadi kepada Tempo, Kamis pekan lalu.
Tujuh tahanan itu dijebloskan ke penjara karena kasus pembunuhan. Mereka adalah Geret Tomatola, Toni Paceratu, Abraham Tuhehai alias Ampi, Rein Pentury, Yonky Maslebu, Relly Putirulan, dan Edward Hunok Tupessy sebagai pemimpinnya. Mereka inilah yang pada Kamis dinihari, 23 Februari lalu, menyerbu sekelompok orang yang tengah berada di Rumah Duka Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Ada tiga tersangka lain yang terlibat, yakni Jhon Robert Sopa Paliama alias Oncu dan suami-istri Heriyanto-Irene Sophia Tupessy. Dua nama terakhir tetap ditahan di Polres Jakarta Pusat.
Akibat penyerangan itu, Stanley dan Ricky Tutuboy tewas di tempat dengan belasan luka bacok menganga di kepala hingga perut. Belasan lainnya terluka terkena sabetan parang dan pedang samurai. Para tersangka kini dijerat pasal pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup. Pekan lalu, berkas acara pemeriksaan mereka sudah dikirim ke Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat. "Tinggal menunggu kelengkapan administrasi dan barang bukti agar segera bisa disidangkan," kata Hengki.
Edward Hunok Tupessy atau Edo, 50 tahun, merupakan salah satu tokoh di Kampung Ambon, Cengkareng, Jakarta Barat. Meski kini tinggal di Depok, Edo tumbuh dan besar di Kampung Ambon. Kampung ini merupakan salah satu wilayah…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…