Lukisan Palsu Dan Kontroversi Sebuah Museum
Edisi: 17/41 / Tanggal : 2012-07-01 / Halaman : 62 / Rubrik : LAPUT / Penulis : TIM LAPUT, ,
DUNIA seni rupa Indonesia geger. Kolektor kawakan dr Oei Hong Djien menjadi episentrum guncangan. Ini berawal dari niat baiknya membuka museum seni rupa di Magelang, Jawa Tengah, April lalu. Bermaksud membuat kejutanâmenyajikan banyak lukisan Sudjojono, Hendra Gunawan, dan Soedibio yang sebelumnya tak pernah diketahui publikâia justru menuai badai.
Pengamat seni dan keluarga pelukis ragu terhadap keaslian gambar-gambar itu. Mereka menduga dr Oei menjadi "korban" sindikat lukisan palsu. Sang dokter membantah. Sebuah diskusi diselenggarakan pada akhir Mei lalu di Galeri Nasional, Jakarta, untuk menjernihkan masalah. Tapi kontroversi tetap merebak.
Tempo menelusuri sejarah tiap lukisan hingga ke masa silam: mewawancarai keluarga pelukis dan kolektor. Juga sejumlah saksi sejarahâantara lain tentara yang mengawasi Hendra Gunawan saat pelukis yang akibat prahara 1965 itu dibui bertahun-tahun di penjara Kebon Waru.
Hasilnya: banyak koleksi Oei Hong Djien di museum barunya sulit diyakini keasliannya.
--------------------------------------------------------------------------------
Lukisan itu berjudul Wahyu, yang menggambarkan seseorang terbaring di alam surgawi. Lukisan tersebut karya Soedibio (almarhum). Angka tahunnya 1981. Saitem, sang istri, tertegun memandang lukisan yang dipajang pada pembukaan Museum Seni Rupa Oei Hong Djien (OHD) di Jalan Jenggolo 14, Magelang, awal April lalu tersebut.
"Itu tak mungkin gambar Pak Dib," dia bergumam.
Saitem ingat betul. Sepanjang 1981, suaminya sakit dan akhirnya wafat pada bulan Desember. Dia yakin saat itu suaminya sudah tak sanggup menggarap lukisan sepanjang dua meter tersebut. Sepanjang tahun itu, suaminya hanya menyelesaikan lima lukisan: Semar, Dewi Sri, Gunungan, Ramayana, dan Menuju Nirwana. Semua lukisan tersebut adalah pesanan Harmonie Jaffar, kolektor fanatik karya Soedibio.
Saitem mengunjungi pameran tersebut bersama Rama Chandra, putra Harmonie Jaffar. Seperti Saitem, Rama pun terkejut terutama menyaksikan seri lukisan pasukan Pembela Tanah Air (Peta) karya Soedibio, yang menggambarkan orang yang ditusuk, digantung, dan disiksa. Lukisan yang memperlihatkan kekejian itu bertahun pada 1946-1955. Rama tak pernah melihat gaya Soedibio seperti itu. Dari 200 lukisan koleksi ayahnya, lukisan Soedibio rata-rata bertema pewayangan atau alam mistik yang halus, tenang, dan esoterik. "Dari koleksi almarhum Bapak, tidak ada satu pun yang penuh kemarahan seperti itu," ujar Rama.
Menurut Chandra, saat ia mengantarkan Ibu Saitem pulang ke Solo, sepanjang perjalanan perempuan yang kini berusia 63 tahun itu tak banyak berkata. Padahal semula Saitem merasa senang karena Oei Hong Djien menahbiskan Soedibio sebagai maestro, yang artinya suaminya setara dengan pelukis Affandi, Sudjojono, dan Hendra Gunawan. Setelah melihat sendiri lukisan tersebut, Saitem tampak syok. "Ibu kaget karena tak bisa membayangkan suaminya melukis hal-hal yang sadistis," kata Rama.
Saitem menikah dengan Soedibio pada 1970. Saat itu dia baru berusia 21 tahun, sedangkan Soedibio 59 tahun. "Terus terang kalau karya Bapak yang di bawah 1970 saya tak mengenal," ujar Saitem saat ditemui Tempo di rumahnya yang sederhana di kawasan Kadipuro, Sumber Nayu, Solo. Sehari-hari ia menjual barang kebutuhan rumah tangga dan bensin eceran. "Saya tak tahu apakah gambaran yang kejam itu memang benar lukisan Pak Dib atau bukan," dia menambahkan.
Ternyata bukan hanya keluarga Soedibio yang merasa ragu akan keaslian karya yang dipajang pada pameran tersebut. Keluarga pelukis Sudjojono, baik pihak istri pertama almarhum, Mia Bustam, maupun istri kedua, Rose Pandanwangi, juga ragu terhadap karya yang terpajang di museum tersebut. Tedjabayu Sudjojono, 68 tahun, putra pertama Sudjojono-Mia Bustam, mengunjungi museum seni rupa baru itu. Baru saja melangkah masuk, dari jarak beberapa meter, Tedjabayu melihat lukisan Pangeran Diponegoro yang digantung di dinding sebelah kiri. Dia merasa agak ganjil jika lukisan itu disebut karya bapaknya. "Tidak mungkin Bapak gegabah membuat bayonet prajurit Diponegoro yang bentuknya seperti bayonet pada masa Perang Dunia II," katanya.
Tedjabayu ingat, ayahnya selalu bekerja berdasarkan riset yang luar biasa. Pernah sekali waktu Sudjojono melukis ibu Tedja, Mia Bustam, di daerah Prambanan dengan latar belakang tiang listrik. Sudjojono bolak-balik ke Prambanan. "Untuk menggambar tiang listrik saja, Bapak menggambar sketsa selama dua hari."
Inilah pertanyaan-pertanyaan penting yang tak hanya harus dijawab karena dipertanyakan oleh keluarga para pelukis. Lebih jauh lagi, apakah lukisan-lukisan itu juga otentik lukisan karya Soedibio dan Sudjojono?
Serangkaian isu bahwa museum baru OHD memajang "lukisan-lukisan bagongan" merebak menjadi kontroversi paling hot dalam dunia seni rupa Indonesia hingga hari ini. Isu kasak-kusuk itu adalah lukisan bodong di sana bukan hanya satu-dua, melainkan sekitar puluhan. Kehebohan ini dimulai dengan tulisan kolektor lukisan Syakieb Sungkar di blognya. Syakieb menyatakan kecurigaannya terhadap lukisan karya Sudjojono yang menampilkan Rose Pandanwangi dalam keadaan tanpa busana di depan sebuah jendela. Ini kemudian diramaikan oleh kurator Amir Sidharta. Sebuah diskusi bertajuk "Fine Art Round Table Discussion: Indonesian Modern Paintings" yang digelar Lin Che Wei dan Sarasvati Art Management di Galeri Nasional Indonesia pada akhir Mei lalu, yang terselenggara tanpa kehadiran keduanya, tidak menyelesaikan kontroversi. Diskusi ini malah memanaskan persoalan.
"Kami mengimbau agar OHD bersedia menurunkan lukisan yang diragukan itu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…