Membabat Hutan demi Jatah Saham

Edisi: 01/42 / Tanggal : 2013-03-10 / Halaman : 08 / Rubrik : JTM / Penulis : Agus Supriyanto, Ika Ningtyas, Agita Sukma


Jarno mengalirkan air irigasi ke sawahnya. Ia berkeliling ke seper­empat hektare lahan miliknya di Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, memastikan seluruh tanaman padi terendam air. Hamparan padi yang menghijau itu mulai berbulir dan siap dipanen sebulan mendatang.

Air di Pesanggaran tergolong barang mahal. Setiap petani hanya mendapat jatah air dua hari dalam sepekan. Menurut Jarno, persediaan air pun sangat bergantung pada kondisi hutan di Gunung Tumpang Pitu. Dari gunung setinggi 450 meter di atas permukaan laut itu mengalir Kali Gonggo, yang mengairi sawah para petani. \"Kalau hutannya gundul, pastilah kami akan kesulitan air,\" kata pria 37 tahun itu kepada Tempo, Selasa pekan lalu.

Jarno dan ribuan petani lain di kaki Gunung Tumpang Pitu sedang dirundung gelisah. Hutan lindung Tumpang Pitu, yang dulu ijo royo-royo, kini makin terancam kuasa pertambangan. Hati Jarno kian kebat-kebit karena tahun depan tahapan eksploitasi dimulai.

Sejak 2007, PT Indo Multi Niaga (IMN) mengantongi kuasa eksplorasi tambang emas seluas 11.621,45 hektare—sebanyak…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

L
Lumpur Penguras Duit Negara
2013-01-06

Negara harus mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk korban lumpur lapindo setelah mahkamah konstitusi menolak…

K
Keyko, Ratu Muncikari dari Surabaya
2013-01-06

\"ratu muncikari\" yunita alias keyko, 34 tahun, memiliki bisnis prostitusi rapi, sistematis, dan terorganisasi. di…

L
Lagi-lagi Pasar Turi
2013-01-06

Pasar turi lama, pusat bisnis di kota surabaya, tinggal kenangan. dengan terbakarnya gedung pasar turi…