Berbagi Hidup Lewat Google Glass

Edisi: 05/42 / Tanggal : 2013-04-07 / Halaman : 50 / Rubrik : DGT / Penulis : Anton William, ,

DUDUK di bangku undangan di Auditorium Genentech Hall University of California, San Francisco, Amerika Serikat, salah satu pendiri mesin pencari Google, Sergey Brin, mirip anak kecil mendapat mainan baru. Ia asyik sendiri mengutak-atik kacamata di wajahnya ketimbang menyimak pidato CEO Facebook Mark Zuckerberg soal dana hibah riset kedokteran senilai Rp 30 miliar.

Lewat sudut matanya, Zuckerberg memperhatikan tingkah laku rival bisnisnya itu. Ketika acara berakhir, pendiri Facebook ini langsung mencegat Brin dan mengajaknya berbicara di pojok belakang auditorium. Bukannya berbicara soal dana hibah, Zuckerberg malah menatap kacamata itu dengan kagum. Brin melepas dan melekatkannya di wajah Zuckerberg. ”Wow, saya pingin punya ini,” ujar Zuckerberg.

Itu bukan kacamata sembarang, tapi Google Glass. Sederhananya, Google Glass adalah komputer yang dijejalkan dalam sebuah bingkai kacamata. Alat ini akan membawa teknologi augmented reality atau pencitraan visual menjadi bagian dari hidup sehari-hari. Dengan layar seluas 3,5 sentimeter, pengguna Google Glass dapat memotret serta membagi hasil jepretan, melakukan video-chat, melihat agenda kerja, mengakses peta, dan tentu saja menjelajahi Internet.

Desainnya unik. Bahan bingkai terbuat dari aluminium berbentuk melengkung dengan ujung disangkutkan ke daun telinga. Tak ada lensa layaknya sebuah kacamata biasa. Hanya terdapat kaca bening berbentuk balok yang dicantolkan pada bingkai kanan. Saat dipakai, kaca itu melintang di depan mata kanan. Kotak plastik berukuran sedikit lebih besar terpasang di sepanjang bingkai kanan dan tersambung ke kaca. Bobotnya tak lebih berat dari kacamata biasa.

Google Glass bukan kacamata untuk membantu…

Keywords: -

---

Foto Terkait