Menggoda dengan Pewarna Alami

Edisi: 05/42 / Tanggal : 2013-04-07 / Halaman : 08 / Rubrik : JTM / Penulis : Eko Ari Wibowo, Musthofa Bisri,


Puluhan perempuan itu dengan gemulai menggoreskan ujung canting di atas selembar kain mori. Selasa pekan lalu, mereka tampak lihai membentuk gambar ornamen batik. Sesekali mereka meniup ujung cantingnya sebelum menggoreskannya ke atas kain.

Ada yang istimewa dari proses pembuatan batik di Pondok Pesantren Akida Usmuni, Desa Terate, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, itu. Para perajin, yang semuanya santriwati pondok, meramu beberapa tumbukan kunyit dan lilin sebagai pewarna batiknya.

\"Pewarna alami ini kalem. Ini menjadi daya tarik tersendiri dan lebih ramah lingkungan,\" kata penggagas batik tulis Terate, Dewi Khalifah. Nama batik itu diambil dari nama desa mereka.

Pewarna alami itu diambil dari ranting pohon bakau, rambutan, mangga, jambu, secang, kunyit, temuireng, dan pohon daun membeh. Bahan tersebut dibeli dari warga sekitar, yang sebagian bekerja sebagai petani. Awalnya, Dewi menggunakan kunyit sebagai pewarna. Ternyata warnanya tidak kalah menarik dibanding yang dari bahan sintetis. Setelah itu, dia mulai merambah tumbuhan lain. \"Ternyata banyak peminatnya,\" ujar…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

L
Lumpur Penguras Duit Negara
2013-01-06

Negara harus mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk korban lumpur lapindo setelah mahkamah konstitusi menolak…

K
Keyko, Ratu Muncikari dari Surabaya
2013-01-06

\"ratu muncikari\" yunita alias keyko, 34 tahun, memiliki bisnis prostitusi rapi, sistematis, dan terorganisasi. di…

L
Lagi-lagi Pasar Turi
2013-01-06

Pasar turi lama, pusat bisnis di kota surabaya, tinggal kenangan. dengan terbakarnya gedung pasar turi…