Hatta Rajasa: Prabowo Itu Reformis

Edisi: 12/43 / Tanggal : 2014-05-25 / Halaman : 40 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Arif Zulkifli, Hermien Y. Kleden, Agustina Widiarsi


SETELAH menyatakan mundur dari jabatan Menteri Koordinator Perekonomian dan disibukkan oleh urusan koalisi, Hatta Rajasa mengatakan pikiran dan badannya kerap tak menyatu. "Kadang sedang makan tapi pikiran di tempat lain," ujarnya. Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu meninggalkan Kabinet Indonesia Bersatu untuk menjadi calon wakil presiden Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Awalnya, Hatta ingin bergabung ke kubu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, yang telah mencalonkan Joko Widodo. Ia berharap kedekatan hubungan dengan almarhum Taufiq Kiemas antara lain karena sama-sama berasal dari Palembang bisa memuluskan jalan koalisi dengan partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu.

Sebagai menteri sekaligus besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Hatta juga pernah berusaha merekatkan hubungan Ketua Umum Partai Demokrat itu dengan Megawati. Kedua tokoh terpisah jarak politik sejak 2004, ketika sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan kabinet Megawati, Yudhoyono mencalonkan diri menjadi presiden. "Jika keduanya bertemu, saya tak repot seperti ini," katanya.

Hatta memutuskan bergabung dengan Gerindra setelah lampu hijau dari partai Banteng tak kunjung menyala. Secara formal, melalui rapat kerja nasional, Selasa pekan lalu, PAN menyorongkannya sebagai calon wakil presiden kepada Prabowo. Toh, keputusan itu tak juga melegakannya.

Sehari setelah menyatakan mundur dari kabinet, Hatta hampir saja mencoret-coret daftar revisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2014 yang sebentar lagi dibahas Dewan Perwakilan Rakyat. "Saya tiba-tiba sadar, saya bukan menteri lagi," katanya kepada Arif Zulkifli, Hermien Y. Kleden, Agustina Widiarsi, Bagja Hidayat, dan Wayan Agus Purnomo dari Tempo, yang menemuinya di rumahnya di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Jumat pekan lalu.

Mengapa akhirnya Partai Amanat Nasional berkoalisi dengan Gerindra?

Ini pilihan, mengkompromikan keinginan dan realitas, tapi tak mengorbankan prinsip. Februari lalu, ada survei untuk melihat seberapa besar PAN mendapat dukungan. Dari survei itu juga terlihat para pemilih PAN ingin memilih Prabowo Subianto. Mungkin karena banyak interaksi dalam pemilihan kepala-kepala daerah.

Tak ada masalah dengan perbedaan platform?

Tak ada hambatan.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…