Subuh Berdarah Di Sungai Ular

Edisi: 31/43 / Tanggal : 2014-10-05 / Halaman : 58 / Rubrik : LAY / Penulis : Seno Joko Suyono, Dian Yuliastuti, Soetana Monang


The Look of Silence (Senyap), film dokumenter terbaru Joshua Oppenheimer, hadir menyuguhkan sepenggal sejarah kelam di Deli Serdang, Sumatera Utara. Film yang merupakan lanjutan dari karya Oppenheimer sebelumnya, The Act of Killing, ini menambah panjang dokumentasi kekejaman yang terjadi pada saat tragedi politik 1965. Dengan tokoh sentral Adi Rukun, film ini menampilkan upaya Adi mencari jawab siapa yang membantai kakaknya, Ramli, yang dianggap terlibat Partai Komunis Indonesia. Adi menemui satu per satu para pembunuh sang kakak.

Tempo berbincang dengan Adi Rukun, menemui jagal, dan menelusuri jejak kekejaman 1965 di Deli Serdang—dari makam Ramli hingga Sungai Ular, tempat mayat-mayat korban pembantaian dihanyutkan. Kami juga melakukan wawancara eksklusif dengan Werner Herzog, sutradara legendaris dunia asal Jerman yang menjadi produser film ini.

"Bagaimana rasanya? Asin? Manis?"
"Ya."
"Anda minum darah itu?"

Lelaki 78 tahun bertubuh tinggi kurus dan bernama lengkap Inongsyah itu menceritakan bagaimana ia selalu meminum darah dari korban yang digoroknya. Meminum darah anggota Partai Komunis Indonesia adalah keharusan. Bila tidak dilakukan, itu akan membuat dia bakal dihantui terus. Ia bercerita tentang seorang temannya yang banyak memancung tapi tak mau meminum darah korban yang akhirnya menjadi gila. Sang teman pada subuh memanjat pohon sawit dan di ketinggian berteriak-teriak menyerukan azan.

Itulah sebuah adegan film dokumenter Senyap (The Look of Silence) karya Joshua Oppenheimer yang menggiriskan. Dengan tenang, dalam film itu Inongsyah memperagakan bagaimana pada 1965 ia menjagal mereka yang dianggap anggota PKI dan membuangnya ke Sungai Ular. Tubuh-tubuh itu hanyut tanpa kepala.

Film berlatar Deli Serdang dan Serdang Bedagai itu pada akhir Agustus lalu meraih lima piala Festival Film Internasional Venesia ke-71. Film ini merupakan kelanjutan film dokumenter Oppenheimer sebelumnya, The Act Killing. Sebagaimana The Act of Killing, film ini juga diproduseri sutradara legendaris dunia asal Jerman, Werner Herzog. Sementara pada Jagal (The Act of Killing) Oppenheimer memfokuskan penceritaan pada sosok Anwar Congo—preman pencatut karcis bioskop di Medan yang pada 1965 membantu tentara memburu dan membantai mereka yang dianggap PKI—kini ia bersama Adi Rukun, 44 tahun, mengitari Deli Serdang dan Serdang Bedagai untuk mewawancarai para pembunuh kakak Adi.

Seorang kakak Adi bernama Ramli pada 1965 dianggap terlibat PKI dan oleh tetangganya sendiri dibantai. Perutnya disobek, kemaluannya dipotong. Bersama Oppenheimer, Adi mendatangi satu per satu para pembunuh kakaknya. Film ini mungkin diberi judul Senyap karena, setelah para pelaku dengan bangga mengisahkan aksi "kepahlawanan" mereka, suasana tiba-tiba senyap tatkala Adi kemudian berterus terang bahwa yang mereka bunuh salah satunya adalah kakak kandungnya. Tatapan mata mereka kosong. Entah perasaan berdosa atau apa yang mereka rasakan. Film ini lebih menusuk daripada The Act of Killing.

Film ini terakhir, September lalu, ditayangkan di Festival Film Internasional Toronto, Kanada. Ketika film usai, satu per satu penonton berdiri sambil menyeka air mata. Tiga kali standing ovation diberikan penonton. Pertanyaan demi pertanyaan pun dilontarkan saat sesi tanya-jawab. Adi Rukun beberapa kali tercekat ketika harus menjawab pertanyaan dari mana ia mendapat kekuatan dan keberanian tampil terbuka dalam film.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…