Revolusi Bahasa dalam Politik Gender(Tanggapan atas kolom Ayu Utami)

Edisi: 46/43 / Tanggal : 2015-01-18 / Halaman : 98 / Rubrik : BHS / Penulis : Mariana Amiruddin, ,


Mariana Amiruddin*

Sejumlah pemikir perempuan menemukan bahwa hampir semua bahasa dunia ternyata tidak netral gender. Bahasa kemudian perlu menjadi ruang politik gender. Apa yang disemayamkan dalam bahasa ternyata kental dengan bias patriarki. Deborah Cameron, seorang ahli linguistik, mengatakan bahwa "kata" tidak memiliki makna, tapi masyarakat yang memaknainya (words don't mean, people mean). Kata lakilaki, perempuan, pria, dan wanita telah dimaknai masyarakat patriarki dan tecermin dalam kamus besar bahasa (konvensi bahasa). Karena itulah pemikir dan gerakan emansipasi membongkar, lalu memaknai kembali kata perempuan sebagai bentuk afirmasi, menjadikannya positif, eksis, menjadi empu, yang dibanggakan, menjadi dirinya sendiri.

Helene Cixous, filsuf Prancis, dalam karyanya, The Laugh of the Medusa, mengatakan "ketika saya bicara, menulis, atau menyebut perempuan, saya sedang bicara tentang perempuan dalam perjuangannya melawan konvensi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Pembantu: Dari Rumah Tangga sampai Presiden
2007-11-04

Membantu dan menolong adalah contoh kata yang disebut bersinonim. keduanya dapat saling menggantikan: bisakah membantu/menolong…

P
Pusat Bahasa dan Sultan
2009-10-18

Suatu waktu, cobalah anda membuka homepage resmi pusat bahasa departemen pendidikan nasional, www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/. situs tersebut…

M
Metafor dalam Diplomasi
2009-09-06

Sudah 10 tahun bekas provinsi termuda indonesia, timor timur, yang berintegrasi pada 17 juli 1976…