Dua Telepon, Dua Kota, Satu Waktu

Edisi: 24/44 / Tanggal : 2015-08-16 / Halaman : 28 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Jobpie Sugiharto, Wayan Agus Purnomo, Nofika Dian Nugroho


SEPEREMPAT jam setelah menerima telepon pada Senin pagi pekan lalu, sikap Ketua Partai Golkar Pacitan Effendi Budi Wirawan berubah. Dalam rapat Koalisi Pacitan Bersama untuk menentukan kandidat kepala daerah di Jawa Timur itu, ia meminta menjadi calon bupati, berganti posisi dengan kader PDI Perjuangan, Suyatno.

Suasana rapat menjadi riuh. Sebab, usul disampaikan satu jam sebelum jadwal pendaftaran mereka ke kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah setempat. "Saya mendapat informasi bahwa di Surabaya calon Demokrat yang dimunculkan. Di Pacitan, PDIP yang dipaksa dimunculkan," kata Effendi memberi alasan. Ia menyatakan memperoleh informasi itu dari kolega separtainya.

Perubahan sikap Effendi membuat nasib calon inkumben di kedua kota itu tak menentu. Popularitas Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Bupati Pacitan Indartato yang tinggi menyebabkan partai di luar "perahu" mereka enggan mengajukan calon. Akibatnya, karena hanya ada satu pendaftar, pemilihan di daerah itu terancam mundur hingga 2017.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, yang mengusung Risma di Surabaya, dan Partai Demokrat, yang mengajukan Indartato di Pacitan, awalnya seolah-olah sepakat "bekerja sama". Demi menghindari calon tunggal, mereka setuju mengajukan kandidat di kedua kota. Namun perubahan di Pacitan memporakporandakan rencana itu.

Perdebatan pecah setelah muncul permintaan Effendi. Rapat di kantor PDIP Pacitan itu dihadiri perwakilan Golkar, Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Amanat Nasional, Partai Hati Nurani Rakyat, dan tuan rumah. Effendi berdalih, partainya memiliki kursi di Dewan lebih banyak, yaitu tujuh, dibandingkan dengan PDIP, yang punya enam kursi. Dia juga mengklaim memiliki modal jauh lebih besar daripada Suyatno.

Sebagian besar peserta rapat tak ingin ada perubahan komposisi. Mereka berangkat ke kantor KPUD pukul 15.30. Effendi mengatakan Suyatno sempat berbisik kepadanya, "Aku yo ora usah budal (saya juga tak usah berangkat)." Namun, kata dia, seorang pengurus PDIP mengajak Suyatno berangkat. Suyatno membantah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…