SETELAH SEPEREMPAT ABAD

Edisi: 32/20 / Tanggal : 1990-10-06 / Halaman : 26 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Susanto Pudjomartono, Ahmad K. Soariawldjaji,


SEBUAH tragedi mungkin paling baik dicoba untuk di lupakan.

Tapi apakah Peristiwa Gerakan Tiga Puluh September 1965 harus juga dicoba untuk dilupakan, lebih-lebih karena dalam tragedi itu begitu banyak darah telah tersimbah? Dari satu sisi mungkin tidak. Peristiwa itu telah banyak memberi pelajaran pada kita semua tentang suatu pengkhianatan, dan hal itu perlu diingat dan dikaji terus. Sisi yang lain, tewasnya (konon) ratusan ribu anggota PKI oleh amukan massa, mungkin akan dilupakan. Tetapi, dapatkah?

Ternyata sulit. Misalnya saja, karena tampilnya Kathy Kadane. Wartawati States News Services dari AS itu Mei 1990 silam menulis artikel berjudul US Officials Lists Aided Indonesian Bloodbath in '60s. Isi tulisan itu membeberkan adanya campur tangan sejumlah pejabat kedutaan AS dan CIA yang bertugas di Jakarta ketika pecah peristiwa G30S-PKI tahun 1965. "Mereka memang terlibat dalam peristiwa itu," kata Kathy dengan tegas kepada Tempo.

Kata Kathy Kadane, para pejabat AS itu telah memberikan daftar 5.000 nama tokoh PKI kepada TNI AD, yang kemudian "dihabisi" setelah ambruknya G30S-PKI. Maka, timbul pertanyaan, seberapa jauh sebenarnya keterlibatan AS — khususnya CIA — dalam usaha penggulingan Presiden Soekarno.

H.W. Brands, seorang sejarawan dari A&M University, Texas, menjawab teka teki itu: Washington tak ikut campur dalam dalam peristiwa G30S-PKI yang kemudian mengakibatkan jatuhnya Presi
den Soekarno. Uraian Brands itu dituangkan dalam artikelnya yang berjudul The Limits of Manipulation: How the United States Didn't Topple Sukarno, dimuat pada majalah Journal of American History edisi Desember 1989.

Sebagian bahan-bahan yang digunakan oleh Brands, juga Kathy Kadane, antara lain berasal dari dokumen-dokumen korespondensi Kedubes AS dan laporan CIA dari Jakarta kepada Washington pada 1963-1968. Dokumen yang tadinya bersifat rahasia itu sejak 1975 boleh diketahui oleh umum, dan disimpan di Perpustakaan Lyndon B. Johnson.

Banyak hal yang menarik dari dokumen – dokumen itu. Dari situ bisa dilihat bagaimana AS melihat Indonesia pada kurun waktu itu. Pada 30 Desember 1964, misalnya, CIA membuat sebuah
memorandum intelijen yang mengkaji masalah suksesi di Indonesia.

Buruknya kesehatan Soekarno, tulis memorandum tersebut, telah menimbulkan kekhawatiran bagi semua pihak di Indonesia karena perundangan yang ada tidak mengatur jelas prosedur suksesi. Celakanya, Soekarno tidak mempersiapkan seseorang untuk menggantikannya.

Menurut UUD, wakil presiden akan menggantikan presiden jika yang bersangkutan meninggal, dicopot, atau tidak bias melanjutkan tugasnya. Namun, Indonesia tak punya wapres sejak Hatta mundur pada 1956. UUD juga menyebutkan, presiden dan wapres dipilih oleh MPR untuk jangka waktu lima tahun, dan bisa dipilih kembali. Namun, Soekarno telah menjabat sejak…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…