Kisah Dari Tantu Panggelaran
Edisi: 01/45 / Tanggal : 2016-03-06 / Halaman : 56 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Budhy Nugiarto , Parliza Hendrawan, S.G. Wibisono
Sekarang orang tak lagi percaya. Sumber keabadian dalam kendi itu disebut tatwamerta siwamba. Dalam kitab Tantu Panggelaran (Saka 1577) diceritakan bahwa para dewa menggelar pesta. Kendi itu sebelumnya sempat hilang, dicuri oleh dua raksasa. Di hadapan Batara Prameswara, yang derajatnya lebih tinggi dari para dewa, mereka berpesta minum air keabadian tersebut.
Tanpa diketahui, seorang raksasa bernama Rahu menyelinap di antara para dewa, ikut berpesta dan minum air keabadian. Sang Hyang Raditya (Dewa Matahari) dan Sang Hyang Candra (Dewa Bulan) menangkap basah si Rahu hendak ikut-ikutan minum. Rahu diadukan kepada Dewa Wisnu. Penuh amarah, Dewa Wisnu melempar cakra ke arah Rahu. Lehernya kesabet sampai putus. Kepalanya terpenggal.
Sabetan Dewa Wisnu sedikit terlambat. Air keabadian sudah telanjur masuk ke mulut Rahu, mengalir hingga kerongkongan, tapi beruntung belum sampai badan. Jadilah, meski terpenggal, kepala Rahu tetap abadi. Dalam keabadiannya itu, Rahu menyimpan dendam kepada dua pengadu: Dewa Matahari dan Dewa Bulan. Demi menuntaskan dendam itu, Rahu selalu berusaha memakan matahari dan bulan.
"Kepala Rahu yang hidup hingga kini menjadi musuh matahari dan bulan," kata Turita Indah Setyani, dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia yang banyak meneliti Tantu Panggelaran.
Kisah Rahu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…