Mengenang Arie Smit

Edisi: 09/45 / Tanggal : 2016-05-01 / Halaman : 68 / Rubrik : LAY / Penulis : Rofiqi Hasan, Dian Yuliastuti,


APRIL ini, tepatnya 15 April lalu, seharusnya ia berumur 100 tahun. Namun, tiga pekan sebelum ulang tahun satu abadnya, dia meninggal. Dialah Arie Smit, pelukis Belanda yang memilih menjadi warga Indonesia dan tinggal di Bali. Ia wafat tepat pada hari suci umat Hindu Bali: Purnama Sasih Kedasa.

Sumbangan Arie terhadap dunia seni lukis Bali luar biasa. Ia mengajak anak-anak kecil di Desa Penestanan, Ubud, menggambar kuil, pura, dan upacara dengan gaya "pop" warna-warna cerah. Dan lahirlah "mazhab" aliran Young Artists. Berkat Young Artists, Penestanan, yang pada 1960-an dianggap sebagai salah satu pusat ilmu hitam di Ubud dan tak lebih dari desa miskin, menjadi desa yang makmur dan dipenuhi art shop, galeri, restoran, serta guest house.

Dua minggu menjelang Arie Smit wafat, Tempo sempat mengunjunginya. Ikuti reportase Tempo menjelang kematiannya serta liputan bagaimana kondisi dan kabar murid-muridnya dulu yang tergabung dengan Young Artists. Juga soal pemalsuan lukisan Arie Smit.

PURNAMA Sasih Kedasa. Rabu malam, 23 Maret lalu, itu adalah salah satu hari terbaik dalam kalender Bali. Pada malam tersebut bulan purnama begitu sempurna menebar cahaya. Dan, pada Purnama Sasih Kedasa, maestro pelukis Arie Smit "memilih" hari kematiannya.

Di Villa Sanggingan, Ubud, milik Pande Suteja Neka, Arie memulai hari itu tanpa tanda-tanda yang istimewa. "Bangun pagi sarapan sereal setelah dibersihkan badannya," kata Ketut Wita, yang melayani Arie sejak 1990-an. Pagi itu Arie sempat bertegur sapa dengan Suteja Neka. Ia makan siang seperti biasa dan menghabiskan waktunya untuk berbaring di tempat tidur. Kondisinya baru terlihat menurun pada pukul 19.00 Wita.

Pria yang sedianya berusia 100 tahun pada 15 April lalu itu mengalami sesak napas dan pelan-pelan kehilangan kesadaran. Neka pun bergegas membawa Arie ke Rumah Sakit Puri Rahardja di Denpasar. Sempat menjalani perawatan dengan bantuan alat pernapasan, akhirnya ajal menjemput Arie. Sekitar pukul 22.00 Wita, ia disemayamkan di rumah duka Rumah Sakit Angkatan Darat Denpasar.

Pada Kamis, 24 Maret 2016, diadakan misa rekuiem atau pelepasan jenazah dipimpin Pendeta I G.B. Kusuma Wantha dari Gereja Gianyar. Seusai acara itu, Kusuma menuturkan bahwa Arie pernah minta didoakan agar dapat segera dipanggil menghadap Tuhan. "Doa itu kini telah terkabul," ucapnya dalam acara yang dihadiri umat Katolik dari Paroki Santa Maria Ratu Rosari, Gianyar, dan keluarga besar Suteja Neka itu. Begitu misa berakhir, suara petir menggelegar sangat dekat, kemudian hujan rintik-rintik.

Sore harinya, jenazah pelukis berjulukan Pemburu Cahaya Bali itu dikremasi di Mumbul, Jimbaran. Rangkaian acara dilaksanakan secara cepat sesuai dengan watak Arie yang sederhana dan tidak suka menarik perhatian. Meskipun begitu, sebenarnya banyak pihak meminta agar Arie disemayamkan lebih lama untuk memberikan kesempatan khususnya kepada teman-teman dan muridnya yang hari itu sedang menjalani upacara adat…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…