Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan: Sudah Ada Permufakatan untuk Makar

Edisi: 42/45 / Tanggal : 2016-12-18 / Halaman : 76 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Arif Zulkifli, Setri Yasra, Sunudyantoro


BEBERAPA jam menjelang Aksi Bela Islam III pada 2 Desember lalu, Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya mencokok sebelas aktivis dengan tuduhan makar. Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan mengatakan ada sejumlah orang yang mendompleng unjuk rasa dengan tujuan menggulingkan pemerintah. "Pilihannya, kalau tidak diambil, akan terjadi pengerahan massa untuk menduduki DPR dan memaksa sidang istimewa untuk menurunkan Presiden," kata Iriawan.

Mereka yang ditangkap antara lain politikus Partai Gerindra, Eko Suryo Santjojo; Rachmawati Soekarnoputri; mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayor Jenderal Purnawirawan Kivlan Zen; Brigadir Jenderal Purnawirawan Adityawarman Thaha; aktivis Solidaritas Sahabat Cendana, Firza Husein; aktivis buruh Alvin Indra Al Fariz; Ratna Sarumpaet; dan Sri Bintang Pamungkas. Satu aktivis lain, mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Hatta Taliwang, diciduk di Rumah Susun Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Kamis pekan lalu. Meski menuai banyak protes, Iriawan berkukuh keputusannya tepat dan didasari bukti valid. "Sudah ada permufakatan untuk makar," ujar pria 54 tahun itu.

Sejak menjabat Kepala Polda Metro Jaya pada 16 September lalu, Iriawan mendapat pekerjaan rumah tak ringan untuk mengamankan Aksi Bela Islam. Aksi ini adalah rangkaian demonstrasi berkaitan dengan kasus dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama, yang diawali dengan demo 14 Oktober lalu di Balai Kota Jakarta. Iriawan bisa bernapas lega setelah demonstrasi 2 Desember berjalan damai.

Pada Rabu pekan lalu, Iriawan menerima wartawan Tempo Arif Zulkifli, Setri Yasra, Sunudyantoro, Reza Maulana, Syailendra Persada, dan Raymundus Rikang serta fotografer M. Iqbal Ichsan untuk wawancara khusus. Selama hampir dua jam, diselingi menyantap nasi Padang bungkus, mantan Kepala Polda Jawa Barat itu meladeni pertanyaan Tempo dengan diiringi gelak tawa. Ia menjelaskan pelbagai isu, dari evaluasi demonstrasi, sumber pendanaan unjuk rasa, hingga pesan Presiden Joko Widodo kepadanya.

Demonstrasi 2 Desember berjalan damai. Apa kuncinya?

Ada langkah-langkah preemptive berupa penyamaan persepsi dengan tokoh-tokoh yang turun. Temanya zikir dan doa. Tidak boleh melenceng dari itu. Sebelumnya, ada banyak pertemuan yang dilakukan Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian dengan para tokoh. Saya jaga jarak karena, pada aksi 4 November, saya setengah dikibulin oleh pemimpin unjuk rasa. Mereka pun tahu saya marah.

Dibohongi seperti apa?

Mereka bilang tak ada kekerasan. Pada 26 Oktober, saya mendatangi silaturahmi FPI (Front Pembela Islam) di kediaman Rizieq (Shihab) di Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…