Kartini Pada Layar Lebar Dan Dinding Kita

Edisi: 07/46 / Tanggal : 2017-04-16 / Halaman : 54 / Rubrik : LAY / Penulis : Leila S. Chudori, ,


KARTINI yang kita saksikan di layar lebar adalah Kartini yang cerdas, cergas, jail, dan senang mengganggu orang-orang yang disayanginya. Dia tak hanya pandai menguntai kata-kata di atas kertas yang terbang ke Belanda menemui kawan-kawannya, Stella dan Nyonya Abendanon, serta kakanda tersayang, Sosrokartono. Kartini interpretasi Hanung Bramantyo adalah sebuah wajah baru yang segar. Sejak kanak-kanak, Trinil, si burung lincah (julukan Kartini), adalah gadis kecil yang banyak bertanya, memprotes segala tata krama ningrat yang merepotkan gerak tubuh dan mengekang pemikirannya. Kelak, ketika remaja, dia semakin membuat marah khalayak bangsawan, yang merasa fondasi kekuasaan dan feodalisme diguncang oleh perempuan ini.

Pembukaan film terbaru Hanung Bramantyo adalah sebuah penutupan. Syahdan, ayah Kartini, RM Adipati Ario Sosroningrat, bertanya kepada putrinya yang istimewa itu: "Apakah engkau siap menjadi raden ayu?"

Bagi kalangan bangsawan Jawa di abad ke-19, menjadi raden ayu berarti siap dikawinkan dengan anggota keluarga bangsawan lain (entah wedana, bupati, entah wakil bupati) yang sering kali sudah beristri satu, dua, atau tiga orang. Menikah dengan sesama bangsawan penting untuk meneruskan darah biru. Jadi persoalan perasaan perempuan, apalagi pendidikan, intelektualitas, dan kebebasan, adalah kata-kata yang sama sekali tak bisa (dan tak boleh) terlintas pada pikiran bagi generasi ibunda Kartini, Ngasirah, dan RA Moeryam, ibu tiri Kartini.

Kartini (diperankan Dian Sastrowardoyo) tak langsung menjawab. Hanung kemudian membuka gulungan kisah masa lalu. Kartini kecil memprotes berbagai aturan keningratan yang traumatis: dia tak boleh tidur dengan ibunya sendiri, karena derajat Ngasirah (non-darah biru) berada di bawah derajat sang anak. Adegan drama masa kecil adalah ciri khas Hanung, yang setiap kali membuat biopik selalu mengulas bagaimana masa kanak-kanak sang tokoh adalah dasar dari tingkah laku dan cara berpikir di masa dewasa kelak. Demikian yang ditunjukkan dalam film Sang Pencerah, Soekarno, dan kini…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…