Sepur Kecil Yang Terkubur
Edisi: 31/46 / Tanggal : 2017-10-01 / Halaman : 58 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : TIM LIPSUS, ,
KARAWANG
MASA kecil anak-anak Karawang tumbuh bersama kereta. Dalam ingatan mereka, kereta api bukan sekadar alat transportasi, tapi juga sebagai arena bermain. "Kami sering ikut rombongan petani menjual hasil panen ke Rengasdengklok," kata Endang Iskandar Rachmansyah.
Laki-laki 66 tahun itu lahir dan tumbuh di belakang Stasiun Karawang hingga kini. Rumahnya hanya berjarak 400 meter dari stasiun tersebut. Sehabis pulang sekolah, ia bersama kawan-kawannya naik sepur leutik (trem yang relnya hanya 60 sentimeter). Beranjak remaja, setelah lulus sekolah dasar, ia memakai kereta untuk penghidupan.
Endang ingat, ketika berusia 15 tahun pada 1966, setiap Ahad, ia naik sepur kecil ke Rengasdengklok untuk berjualan kerupuk. Penumpang lain adalah para petani yang membawa palawija, beras, atau hewan ternak yang diikat ke tiang hingga atap. "Kereta jadi berisik sekali," ujarnya, awal September lalu.
Perjalanan dengan kereta dari Karawang ke Rengasdengklok sejauh 21 kilometer itu tertempuh selama sekitar 1 jam. Kereta TC 10 berbobot 12,7 ton itu hanya melaju maksimal 25 kilometer per jam. Kereta ini juga rel selebar 600 milimeter, dibuat Staatsspoorwegen (SS)-perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda-pada…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…