Meredup Sepur di Pulau Garam

Edisi: 31/46 / Tanggal : 2017-10-01 / Halaman : 62 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : TIM LIPSUS, ,


MADURA

SETIAP pagi, tepat pukul 05.30, Halili selalu mendengar jeritan peluit keberangkatan kereta menuju Pamekasan. Itulah tanda untuknya dan anak-anak seusianya bersiap berangkat ke sekolah. Suara peluit dan gemuruh cerobong asap kereta api menjadi penunjuk waktu bagi kebanyakan warga Kamal pada 1970-an itu lantaran jam masih merupakan barang mewah. "Ketika sepur datang, semua ngejar untuk naik," kata Halili, pegawai PT ASDP Indonesia Ferry di Pelabuhan Kamal, kepada Tempo pada akhir Agustus lalu.

Pelabuhan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Madura, menjadi tempat bermain Halili semasa kecil. Dia kerap menonton kereta api empat gerbong keluar-masuk pelabuhan dan berganti lokomotif di depo perawatan Kamal. Dia juga menumpang kereta api untuk pulang ke kampungnya di Blega. "Harga tiketnya sekitar Rp 25, sama dengan kapal laut," ujar pria 48 tahun itu.

Kereta api kala itu menjadi transportasi utama di Madura. Di pelabuhan, dua set rel dipasang di atas dermaga yang menjorok hingga sekitar 100 meter ke laut dan dilengkapi derek pengangkut barang. Sebagian besar penumpang kapal laut dari Surabaya antre naik kereta api jika ingin pergi ke Bangkalan dan Pamekasan. "Mobil masih sedikit," kata Halili.

Kenikmatan berkereta meredup pada awal 1980-an. Menurut Halili, tak ada lagi kereta…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04

Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…

D
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04

Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…

Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04

Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…