Jalur Neraka Membelah Suwarnadwipa

Edisi: 31/46 / Tanggal : 2017-10-01 / Halaman : 64 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : TIM LIPSUS, ,


MUARO-PEKANBARU

RAMBUT jarang-jarang di lengan keriput Marah Boeyoeng, 88 tahun, seketika berdiri ketika mengenang perlakuan tentara Jepang kepada para romusha pembangun rel Muaro-Pekanbaru. Pada 1944, Boeyoeng, kala itu 15 tahun, menyaksikan romusha bekerja siang-malam. "Tinggal tulang berbalut kulit. Cuma kemaluannya yang tertutup," ujarnya kepada Tempo di teras rumahnya di Muaro Sijunjung, 120 kilometer timur laut Padang, awal September lalu.

Sebentar-sebentar, cambuk dan popor bedil penjaga melayang. Yang terjatuh pantang ditolong. Saat penjaga meleng, beberapa dari mereka ngeluyur mengais apa pun yang bisa dimakan. Ketika rezeki berlebih, Boeyoeng menghibahkan ubi atau pisang.

Kediaman Boeyoeng muda sekitar 150 meter dari Stasiun Muaro, pemberhentian ujung jalur Sumatera Barat yang dibangun Belanda pada awal abad ke-20. Boeyoeng ingat betul kereta berangkat setiap pukul 08.00, 11.00, dan 15.00. Muatannya kebanyakan kayu untuk Sawahlunto, kota tambang yang saat itu memenuhi 30 persen kebutuhan batu bara dunia.

Pada pertengahan 1920-an, perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda, Staatsspoorwegen, merancang pembangunan jalur yang menghubungkan pantai barat dan timur Andalas. Rel yang ada-menghubungkan Padang, Padangpanjang, Solok, Sawahlunto, dan Muaro-diteruskan sampai Pekanbaru. Namun rencana itu terbentur biaya.

Belanda merencanakannya, Jepang mewujudkannya. Penguasa Hindia Belanda 1942-1945 itu membutuhkan penghubung kedua sisi Suwarnadwipa untuk mengangkut pasukan dan logistik. Menurut Jamie Vincent Farrell, warga Selandia Baru yang tinggal di Riau dan meneliti jalur Muaro-Pekanbaru sejak 2002, saat Perang Dunia II, Jepang menguasai Selat Malaka. Namun Samudra Hindia di tangan Sekutu. Batu bara Sawahlunto, misalnya, menjadi tidak berarti karena pengangkutan hanya bisa lewat Teluk Bayur di Padang. Tujuan lain adalah sumber batu bara di Petai, Kuantan Singingi, Riau, sekitar 90 kilometer di selatan Pekanbaru. Jepang mengangkut 180 ribu ton batu bara dalam 18 bulan. "Warga lokal dulu menyebut daerah itu Tokyo Dua," kata Farrell di Kuantan Singingi.

Insinyur…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04

Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…

D
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04

Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…

Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04

Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…