Terkoyak Perang, Terempas Air Bah
Edisi: 31/46 / Tanggal : 2017-10-01 / Halaman : 70 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : TIM LIPSUS, ,
ACEH
MAHDI masih duduk di kelas IV sekolah dasar saat ia kerap menumpang kereta api. Dari Ulee Lheue, ia melaju ke Kutaradja, lalu pulang lagi ke Ulee Lheue. Di Kutaradja-sebutan pemerintah Belanda untuk Banda Aceh-Mahdi mencuri waktu untuk berjalan-jalan. "Dulu sudah bisa tipu orang tua enggak sekolah (bolos), he-he-heââ¬Â¦," kata Mahdi.
Deretan enam gerbong yang menempel pada sebuah lokomotif uap itu tak pernah sepi penumpang. Anak-anak hingga orang dewasa, termasuk ibu-ibu yang akan berbelanja bahan makanan ke Pasar Aceh, memadati rangkaian kereta api peninggalan kolonial tersebut. "Waktu itu tidak ada kendaraan, jadi orang-orang naik kereta," ujar Mahdi, kini 65 tahun, mengingat aktivitas warga yang mewarnai Banda Aceh pada awal 1960-an itu.
Mahdi tak ingat berapa lama persisnya waktu untuk menuju Kutaradja. Pun harga karcis yang ditebusnya untuk perjalanan kereta ke pusat kota itu. Namun Mahdi masih merekam jelas perangai kereta yang ajek berhenti sejenak di Deah Baro dan Deah Glumpang, dua gampong-kampung dalam bahasa Aceh-yang masuk rute pemberhentian kereta. "Tidak ada stasiun, penumpang juga belum tentu ada, tapi kereta tetap berhenti," ucapnya.
Dua tahun Mahdi mencicipi pengalaman menumpang kereta api. Saban hari ada dua jam keberangkatan: pukul 08.00 dan siang hari. Namun…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…