Melebarkan Sayap Memanfaatkan ...
Edisi: 21/20 / Tanggal : 1990-07-21 / Halaman : I- / Rubrik : PWR / Penulis :
Persaingan di medan bisnis perbankan nasional semakin seru. Hampir semua bank
berpacu melebarkan sayap. Bidang usaha yang digarap kini lebih luas dari
perbankan tradisional. Perseteruan di bidang consumer banking kian kompetitif:
Bisnis kartu menjamur. Credit Card bukan saja semakin mudah dimiliki, tapi
juga menawarkan pembayaran cicilanyang ringan. Jenis loan bank kian beragam
dengan bunga bersaing. Hadiah berbagai macam tabungan juga menggiurkan. Siapa
yang unggul?
; SIAPA pun tahu, rangkaian deregulasi yang digulirkan pemerintah sepanjang
dekade 1980-an, menjadi pemicu bagi bank-bank untuk beradu di medan bisnis
perbankan. Berawal dari Paket Juni 1983, lantas menyusul Paket Oktober (Pakto
27) 1988 serta Paket Desember (Pakdes) 1989. Pakto 27 itu tak ubahnya sebuah
"bom" yang mampu meledakkan tembok peraturan yang sebelumnya diterapkan dalam
bisnis perbankan, yang oleh kalangan perbankan dirasakan sedikit membelenggu
laju perkembangan bisnis mereka.
; Bisnis perbankan pun mendadak menjadi marak. Pembukaan cabang baru, atau
sekadar cabang pembantu, merebak di mana-mana. Tak hanya di kota-kota besar,
tapi juga di kota-kota kecil. Bahkan di sudut-sudut pertokoan atau kompleks
perumahan, bank-bank baru bermunculan. Kantor kas kecil pun di buka di
berbagai kampus, rumah sakit atau tempat strategis lainnya. Bisnis perbankan
semakin gegap-gempita dengan hadirnya para konglomerat. Semua berlangsung
begitu cepat.
; Tengok saja, jumlah bank umum -- terdiri atas bank pembangunan dan bank
tabungan -- semakin tumbuh subur. Dari 108 pada Oktober 1988 menjadi 147 bank
di akhir 1989. Jumlah kantor pun bertambah dari 1,8% menjadi 3.293. Ini belum
termasuk unit desa BRI. Dalam periode yang sama membengkak dari 2.589 menjadi
2.797 kantor. Jumlah bank perkreditan rakyat (BPR) pun menapak dari dari 7.491
menjadi 7.555 bank pada akhir Oktober tahun lalu. Suatu pertumbuhan yang boleh
dibilang luar biasa.
; Rangkaian deregulasi yang dilakukan pemerintah memang mulai menunjukkan hasil
yang menggemhirakan. Pengerahan dana masyarakat melalui bank dan pasar modal
melonjak tajam. Sejak Oktober 1988, dana yang dihimpun perbankan melesat dari
Rp 36,9 trilyun menjadi Rp 51,8 trilyun pada Desember 1989, atau meroket
sekitar 40,4 persen. Sedangkan dana yang diraup melalui pasar modal dalam
periode yang sama, meningkat dari Rp 1 trilyun menjadi Rp 3,2 trilyun, atau
menanjak sekitar 21,6 persen.
; Tetapi, kebijaksanaan deregulasi itu bukannya dilepas tanpa tali pengikat.
Selain adanya capital adequacy ratio serta legal lending limit, pemerintah
juga meluncurkan Paket Januari (Pakjan) 1990, yang mengatur pengurangan secara
bertahap kredit likuiditas Bank Indonesia -- yang sebelumnya menjadi salah
satu sumber dana bagi kalangan perbankan. Setiap bank juga wajib menyalurkan
portofolio kreditnya sebesar 20 persen kepada pengusaha lemah.
; ***
; Begitulah, rangkaian deregulasi yang digulirkan pemerintah, bukan saja mampu
menyemarakkan bisnis perbankan, tetapi juga menciptakan daya saing yang ketat
antarbank. Setiap bank saling berpacu untuk meningkatkan pelayanan terhadap
nasabah dengan memanfaatkan high technology (hi-tech). Sebab, tuntutan yang
kini dihadapi setiap bank tampaknya semakin berat.
; Setidaknya, mereka harus bisa tampil bukan sekadar memanfaatkan peluang
deregulasi, tetapi juga harus mampu mempertahankan nilai-nilai dan manajemen
sebuah bank modern. Dibukanya berbagai kantor cabang, atau kantor cabang
pembantu, misalnya, bukan semata memajang nama. Lebih dari itu, bank yang
bersangkutan harus bisa memberikan pelayanan secara profesional atau full
banking service.
; Itulah yang kini direalisasikan Bank Niaga. Bank yang berdiri pada 1 Desember
1955 ini, lebih mementingkan peningkatan kualitas pelayanan terhadap nasabah
daripada sekadar menambah jumlah kantor cabangnya. Sekarang terdapat 37 kantor
cabang penuh Bank Niaga di seluruh Indonesia. "Memang, masih ada yang
menggunakan istilah cabang pembantu. Tetapi pelayanannya sudah full banking
service," tutur Robby Djohan, President Director Bank Niaga.
; Jauh sebelum rangkaian paket deregulasi bergulir, bank yang berkantor pusat
di Jalan M.H. Thamrin ini berprinsip untuk terus meningkatkan kualitas
pelayanan. Tahun 1982, misalnya, penggunaan komputer secara terpadu mulai
diterapkan di Bank Niaga. Bila kini pemanfaatan hi-tech sudah menjadi
keharusan di kalangan perbankan untuk meningkatkan pelayanan, maka sejak 1987
Bank Niaga telah memperkenalkan on line system.
; Dengan sistem komunikasi bank modern itu, penggunaan ATM (Automated Teller
Machine) yang diberi nama Niaga Cash, memang lebih efisien dan efektif.
Seorang nasabah asal Jakarta, misalnya, dengan mudah mengambil uang kontan
melalui ATM Bank Niaga di Surabaya. Ini dimungkinkan karena adanya on line
system tersebut, sehingga dengan cepat dapat diketahui apakah saldo nasabah
tadi masih cukup atau tidak bila dicairkan sesuai permintaan.
; Kini Bank Niaga memiliki 16 konter ATM. Bank ini juga tengah merancang
penggunaan kartu Niaga Cash untuk melayani seluruh kebutuhan nasabah. Selain
untuk mengambil uang tunai, kartu Niaga Cash ini dapat pula dipakai unluk
memindahbukukan account dari giro ke tabungan, mengambil buku cek, transfer
dan sebagainya. "Cita-cita kita, cukup dengan satu kartu Niaga Cash yang
berlaku di seluruh Bank Niaga, semua kebutuhan nasabah bisa dilayani dengan
cepat," ujar Robby Djohan.
; Kini, memang, belum semua kantor cabang Bank Niaga di penjuru tanah air
memiliki jaringan on line system. Kecuali antar cabang Bank Niaga di Jakarta,
Bandung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Jaringan on line system ini juga sudah
menghubungkan Jakarta-Surabaya, dan yang tengah digarap yakni on line system
Jakarta-Bali. "Insya Allah tahun 1991 Bank Niaga di seluruh Indonesia bisa
melayani nasabah secara on line system," Vice President Bank Niaga, Koesdarto,
menjelaskan.
; Pemanfaatan teknologi mutakhir itu juga diterapkan dalam sistem administrasi
Bank Niaga melalui proyek "Niagacare". Proyek ini digarap sejak 1988.
Tujuannya meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah. Cara yang ditempuh
adalah menerapkan konsep spesialisasi dengan memanfaatkan teknologi komputer,
sehingga mempertinggi tingkat efisiensi kerja.
; Tak kalah menariknya adalah TBH (Tabungan Bunga Harian) yang ditawarkan Bank
Niaga. Berbeda dengan tabungan yang dipromosikan oleh bank-bank lain, di mana
bunga yang diberikan dihitung berdasarkan saldo terendah setiap akhir bulan,
bunga TBH diberikan berdasarkan saldo riil setiap hari.
; "Misalnya hari ini Anda tabung Rp 100 juta, dan besok uang itu Anda ambil
seluruhnya, maka Anda sudah dapat bunga satu hari. Tapi kalau sistem saldo
terendah, hari ini Anda tabung Rp 100 juta, lantas pada tanggal 30 akhir bulan
uang itu tinggal Rp 10 juta, ya bunganya dihitung dari Rp 10…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
MELANGKAH MAJU dengan KESUNGGUHAN HATI
1994-03-12Ekspor anak perusahaan surya dumai group ini sudah menjangkau ke 27 negara. pertumbuhan penjualan dan…
Yang dibutuhkan pelaku bisnis: Color Pages Indonesia
1994-03-26Segera terbit color pages indonesia. katalog tentang building materials dan equipments, dengan informasi yang lengkap…
BIARKAN KAMI MENYELESAIKAN MASALAH ANDA
1994-01-29Biro administrasi efek (bae) pertama di indonesia. memberikan jasa layanan bagi perusahaan yang akan dan…