Bila Wanita Diibaratkan Sepetak ...
Edisi: 26/19 / Tanggal : 1989-08-26 / Halaman : 104 / Rubrik : PRK / Penulis :
BETULKAH wanita melacur karena tekanan ekonomi? Banyak orang beranggapan begitu. Profesi ini, yang konon tertua di dunia, kini sering dijadikan jalur cepat untuk mengatrol nasib orang. Tapi Koentjoro, dosen Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta, meragukan kebenarannya.
Ia berpendapat, tak selamanya kemiskinan membuahkan pelacuran. "Ada penyebab lain, yakni faktor budaya," katanya. Pendapatnya ini didukung oleh penelitian Koentjoro di beberapa desa di Jawa Tengah. Desa-desa itu sudah lama dikenal sebagai produsen pelacur. Ambil contoh: Desa Ngadirojo (Wonogiri), Desa Pendem (Jepara), dan Desa Dukuhseti (Pati).
Penelitian yang dilakukan pada Mei hingga Juni lalu menunjukkan bahwa aspirasi remaja di daerah tersebut memperlihatkan, sekitar 70% (dari 148 responden) lebih suka berprofesi sebagai pelacur. Mengapa? Ternyata "karier" yang dipilih ini memang ada kaitannya dengan pandangan hidup orang sana. Di tiga desa itu, anak perempuan dinilai lebih tinggi dari anak laki-laki. Anak perempuan diibaratkan sepetak sawah. Semakin cantik si gadis, semakin luas sawahnya. Dengan kata lain, anak perempuan menyandang nilai ekonomis. Inilah pandangan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Bila si Ucok Pemalu
1994-03-12Dasar perangai anak memang muncul sejak dari sananya. penelitian terakhir mengundang para ahli percaya bahwa…
Meraba Pemicu Bunuh Diri
1994-04-30Selain jepang, ternyata amerika serikat punya rekor khas dalam tragedi bunuh diri. di samping kelainan…
Mati Enak di Rumah Musik
1994-03-19Ecstacy adalah gelombang psychedelique kedua setelah lsd. di inggris banyak remaja mati setelah menelannya. di…