27 Th Bpd Ja-tim Berkiprah

Edisi: 27/18 / Tanggal : 1988-09-03 / Halaman : 1-8 / Rubrik : PWR / Penulis :


Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Timur kian berkembang pesat. Asset totalnya (Juni 1988) Rp 209.819.586.000 dan laba sebelum pajak Rp 2. 805. 802. 000. Dalam lima tahun terakhir ini, peningkatan rata-rata per tahunnya sangat mengesankan: Modal Sendiri 4Z,57%, Giro 55, 72%, Deposito 22,50%, Tabungan 46,19%, dan Kredit 47,45%. Agustus lalu BPD Ja-Tim merampungkan gedung barunya, senilai Rp 11,8 milyar. Angka dan data ini kian mengukuhkan gambaran utuhnya sebagai lembaga keuangan yang sehat dan terpercaya.

BANK Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Timur Jelas bukan nama yang asing di propinsi paling timur Pulau Jawa itu. Didirikan pada 1961 untuk ikut mempercepat proses pertumbuhan di daerah tersebut, BPD Ja-Tim berhasil menempatkan dirinya sebagai bank yang sehat di wilayahnya. Bank yang kini benusia 27 tahun ini sungguh telah menjadi suatu gambaran utuh sebuah lembaga keuangan yang dipercaya.

Dengan seketika kepada kita dapat ditunjukkan buktinya. Dalam data dan angka yang mampu berbicara. Pada empat tahun yang lalu (Maret 1984) misalnya, posisi Modal Sendiri bank tersebut tercatat pada angka Rp 6.327 juta yang melesat menjadi empat kali lipat pada Maret 1984: Rp 25.354 juta. Posisi giro per akhir Maret 1984 Rp 19.024 juta, yang melipat hampir lima kali -- Rp 91.047 juta -- seperti yang direkam empat tahun kemudian. Dalam rentang waktu yang sama, poli deposito juga membaik dengan mengesankan: Rp 15.813 juta pada akhir Maret 1988 dibandingkan Rp 7.227 juta empat tahun sebelumnya. Jadi melipat dua. Kenaikan lebih dari empat kali dialami oleh tabungan bank tersebut, dari Rp 1.011 juta per akhir Maret 1984 menjadi Rp 4.577 juta empat tahun kemudian.

Di sektor perkreditan, grahknya juga menaik. Posisi kredit, seperti yang dicatat BPD Ja-Tim pada akhir Maret 1984 adalah Rp 21.571 juta, yang melipat lebih dari empat kali pada empat tahun kemudian. Angka per akhir Maret 1988 itu adalah Rp 90.462 juta.

Secara prosentase, peningkatan rata-rata per tahun selama lima tahun terakhir adalah: Modal Sendiri 42,57%, Giro 55,72%, Deposito 22,50%, Tabungan 46,19%, dan Kredit 47,45%.

Maka dengan sendirinya, BPD Ja-Tim meraih keuntungan yang lumayan. Pada 30 Juni 1988, assetnya yang tercatat mencapai Rp 209.819.586.000. Laba sebelum pajak, juga per 30 juni lalu, Rp 2.805,802 juta. Dengan sisa laha 1987 sebesar Rp 5.063.347.000, jumlah keseluruhan laba yang direkam sampai waktu terakhir itu menjadi Rp 7.869.149.000.

Dengan laba itu, BPD Ja-Tim berharap dapat memhangun gedung untuk BPD di kabupaten dan kotamadya di seluruh Jawa Timur.

"Itu semua dicapai ketika perekonomian Indonesia, termasuk perekonomian Jawa Timur, mengalami tekanan-tekanan akihat pengaruh ekonomi dunia yang tetap lesu," ujar Drs. Ec. S. Supoyo, Ak., yang sejak 11 Juli lalu menjalani masa jabatannya yang pertama selaku direktur utama Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur. "Kami pantas merasa bangga," R. Ahdul Azis, SH, direktur umum bank tersebut, menimpali.

Berbagai kendala memang dihadapi perekonomian Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini. Antaranya: kemerosotan harga minyak bumi dalam suasana perekonomian yang masih lesu, tindakan proteksi dari beberapa negara industri, dan lemahnya pemasaran. Semua itu mengharuskan perekonomian Indonesia melakukan beragam terobosan. Turunnya harga minyak bumi dengan tajam, kita ketahui, telah menyebabkan neraca pembayaran menerima serangkaian tekanan sangat berat, terutama merosotnya -- secara tajam pula -- penerimaan pemerintah dari salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang utama itu.

Untungnya, berkat seperangkat kebijaksanaan pemerintah yang tepat, perekonomian Indonesia tahun-tahun 1986, 1987, dan bahkan 1988 masih berkembang dengan mantap. Ekonomi masih tetap tumbuh dan harga-harga masih dapat dikendalikan pada tingkat yang wajar.

Toh tekanan terhadap neraca pembayaran -- dalam prospek harga minyak yang masih suram -- tetap harus diantisipasi. Pada 12 September 1986, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan devaluasi rupiah terhadap dolar sebesar 31%, diikuti penerapan sistem nilai tukar baru berdasarkan perhitungan Special Drawing Rights (SDR). Ini ditambah lagi dengan tiga paket kebijaksanaan penunjang: 6 Mei 1986, 25 Oktober 1986, dan 15 Januari 1987. Tujuannya untuk mendorong (daya saing) ekspor nonmigas dan penanaman modal (swasta). Buat lebih merangsang pemasukan modal dan dana luar negeri, pemerintah juga menghapuskan ketentuan pagu swap ulang pada Bank Indonesta.

Hasilnya, laju pertumhuhan ekonomi Indonesia, yang diukur dengan Produk Domestik Bnuto (PDB) atas dasar harga konstan 1983, naik menjadi 2,9% pada 1986 dibandingkan 1,9% pada tahun sebelumnya. Kenaikan ini akibat tumbuhnya sektor pertanian sehesar 2,5%, pertambangan 4,2%, perindustrian 5,5%, perdagangan 3%, antaranya.

Dalam perdagangan luar negeri, nilai ekspor 1986/1987 secara keseluruhan turun, dari $ 18.616 juta menjadi $ 13.697 juta (26,40%). Penyebabnya adalah menurunnya nilai ekspor migas dari $ 12.437 juta menjadi hampir separuhnya (43,98%): $ 6.966 juta, yang disebabkan terutama oleh meningkatnya beberapa mata dagangan utama. Sebaliknya, nilai impor 1986/1987 mengalami penurunan dari $ 12.552 juta menjadi $ 11.451 juta (8,77%).…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
MELANGKAH MAJU dengan KESUNGGUHAN HATI
1994-03-12

Ekspor anak perusahaan surya dumai group ini sudah menjangkau ke 27 negara. pertumbuhan penjualan dan…

Y
Yang dibutuhkan pelaku bisnis: Color Pages Indonesia
1994-03-26

Segera terbit color pages indonesia. katalog tentang building materials dan equipments, dengan informasi yang lengkap…

B
BIARKAN KAMI MENYELESAIKAN MASALAH ANDA
1994-01-29

Biro administrasi efek (bae) pertama di indonesia. memberikan jasa layanan bagi perusahaan yang akan dan…