Pir Persusuan Nandi Amerta Agung

Edisi: 24/17 / Tanggal : 1987-08-15 / Halaman : 1 / Rubrik : PWR / Penulis :


REVOLUSI PUTIH DI KAKI MERBABU

SUSU, unsur penyempurna menu, diam-diam sedang mengalami revolusi di Indonesia. Bermula dari kekurangan yang akut, ketika susu merupakan kemewahan. dan PBB melakukan "infiltrasi" dengan membagi susu secara cuma-cuma, kini keswasembadaan susu sudah di ambang pintu. Padahal, pada 1978, hanya 5%. dari kebutuhan konsumsi susu yang dapat disediakan oleh peternak sapi perah domestik. Sisanya masih mel upakan bahan yang harus diimpor dari luar negeri.

Saat ini, dengan pertumbuhan kebutuhan susu yang meningkat, sudah sepertiga kebutuhan konsumsi susu dipasok dari dalam negeri. Selama Repelita III saja, populasi sapi perah meningkat dengan angka 11,06% tiap tahun -- mencapai 202.000 ekor pada 1986. Sedangkan produksi susunya meningkat dengan 17,5% tiap tahun. Sebentar lagi, produksi susu domestik sudah akan menyamai jumlah yang masih perlu diimpor. Dan pada Repelita VI, ketika tahap tinggal landas tercapai dalam Pembangunan Nasional, Indonesia mungkin tidak akan memerlukan lagi impor susu.

Mungkin -- itu bila semua persiapan yang telah dilakukan sekarang ternyata mencapai sasarannya pada waktu yang diharapkan.

Persiapan itu sendiri bukanlah soal kecil. Menteri Koperasi Bustanil Arifin SH suka menyebut upaya ini sebagai Revolusi Putih. Istilah yang dipetiknya setelah membaca laporan berjudul "The White Revolution" di Newsweek ketika ia baru saja diangkat menjadi Menteri Muda Urusan Koperasi, sembilan tahun silam. Laporan tentang upaya India menyejahterakan masyarakatnya dengan pengadaan susu itu bahkan memberikan inspirasi kuat bagi Bustanil untuk mendahulukan koperasi peternak sapi perah. Ribuan ekor bibit unggul sapi perah didatangkan dari Australia dan Selandia Baru. Berbagai jenis kemudahan dan kredit pun diulurkan kepada masyarakat desa. Sebuah koperasi peternak sapi perah yang sukses di Kecamatan Nongkojajar, Jawa Timur, misalnya, mempunyai volume usaha sebesar Rp 500 juta setiap bulan.

Maka, susu sapi pun mengalir deras. Sentra-sentra produksi susu sapi di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur memberikan kesejahteraan baru bagi masyarakat sekitarnya yang terlibat dalam pengadaan susu sapi.

Tetapi, kita pun mendengar berita sumbang. Ketika peternak sapi perah di Pujon, misalnya, terpaksa harus membuang hasil susunya ke sungai. Itu memang bukan pertanda kelebihan produksi, melainkan karena pabrik susu tidak mau menerima susu rakyat itu.

Bustanil pun lalu menggebrak. Diciptakanlah sistem linkage atau kaitan usaha antara koperasi peternak sapi perah dengan pabrik susu. Alhasil, koperasi langsung memasok susu ke pabrik susu sektor modern. Tentu saja dengan kewajiban untuk menepati volume dan standar mutu yang ditetapkan.

Pengaturan itu, tentu saja, masih mengakibatkan ketergantungan pada satu sistem. Hal yang cukup berbahaya bagi susu yang sangat perishable (mudah rusak) sifatnya, sekalipun beberapa Milk Treatment Centre telah dibangun di tiap sentra produksi atas prakarsa Dirjen. Peternakan.

Antisipasi itulah yang kemudian menggerakkan Tegoeh Soetantyo, seorang pengusaha yang sukses di bidang pengolahan pangan, untuk mendirikan pabrik pengolahan susu murni menjadi susu bubuk. Tentu saja ia tak menghadapi kesulitan untuk melakukan itu. Kebutuhannya jelas. Jejak langkahnya pun jelas. Ia merupakan mitra pabrik susu Frisian Flag di Indonesia. PT Tirta Amerta Agung -- pabrik pengolah susu bubuk itu kemudian dibangun di Salatiga, Jawa Tengah. Pabrik dengan kapasitas mengolah 150.000 liter sehari itu dengan mudah dapat ditingkatkan kapasitasnya dua kali lipat bila produksi susu sapinya mencukupi.

Alih-alih cukup, pabrik Tirta Amerta Agung itu ternyata lebih banyak menganggur. Dari seluruh sentra produksi susu sapi di Jawa Tengah hanya bisa dipasokkan 45. 000 liter susu murni sehari. Dengan bantuan kiriman susu dari sentra produksi Jawa Barat dan hasil menampung susu Jawa Timur, tiap hari paling banyak terkumpul 80.000 liter susu di pabrik Tirta Amerta Agung. Tak urung, pabrik sering harus beroperasi dua hari sekali karena kekurangan bahan untuk diolah.

Mengherankan. Hanya beberapa saat setelah media massa meributkan seolah-olah telah terjadi kelebihan produksi susu sapi, ternyata kenyataan yang dihadapi justru kurangnya produksi susu untuk bisa diolah. Dan itu sebenarnya lebih bisa dimengerti. Upaya pengembangbiakan sapi perah dilakukan dengan semen (benih jantan) sapi kelas IV yang sebenarnya termasuk kelas pedaging. Selain volume produksinya rendah, kualitas susunya pun rendah.

Bila susu yang kurang, maka susu perlu diadakan. Dan untuk pengadaan susu sebanyak itu diperlukan lagi terobosan baru.

Sebuah studi mendalam pun dilakukan. Studi itu tidak saja berlingkup nasional, tetapi internasional. Di Amerika Serikat, misalnya, diketahui bahwa harga sapi perah sedang merosot. Keadaan itu disebabkan rencana Pemerintah Amerika Serikat untuk menggemboskan agribisnis mereka. Selama ini peternak-peternak sapi perah di Amerika Serikat, Eropa dan Australia memperoleh subsidi dari pemerintahnya untuk mengekspor susunya. Masyarakat Ekonomi Eropa, misalnya, memberi subsidi hingga duapertiga harga susu yang dieskpor. Pada suatu ketika Eropa bahkan kerepotan tak bisa mengekspor mentega dan keju hasil olahan susu. Subsidi pemerintah itu makin lama makin besar, sedangkan pasar sasaran belum tentu menguntungkan untuk dibanjiri susu. Pemerintah pun lalu melakukan restrukturisasi ekonomi agar para petani dan peternak mencari jenis pekerjaan lain. Sukur-sukur di bidang teknologi tinggi.

Di Amerika Serikat sendiri jumlah sapi perah sudah mencapai popuasi 1,5 juta ekor. Jumlah ini sudah terlalu banyak sehingga mereka mulai menjalankan termination program. Harga sapi perah, dengan sendirinya, jatuh.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
MELANGKAH MAJU dengan KESUNGGUHAN HATI
1994-03-12

Ekspor anak perusahaan surya dumai group ini sudah menjangkau ke 27 negara. pertumbuhan penjualan dan…

Y
Yang dibutuhkan pelaku bisnis: Color Pages Indonesia
1994-03-26

Segera terbit color pages indonesia. katalog tentang building materials dan equipments, dengan informasi yang lengkap…

B
BIARKAN KAMI MENYELESAIKAN MASALAH ANDA
1994-01-29

Biro administrasi efek (bae) pertama di indonesia. memberikan jasa layanan bagi perusahaan yang akan dan…