UNTUK NIAGA BOLEH, UNTUK KELUARGA...

Edisi: 30/16 / Tanggal : 1986-09-20 / Halaman : I / Rubrik : PWR / Penulis :


PERTARUNGAN penjualan mobil niaga kelas 1.000 cc bakal seru. Akhir Agustus lalu, Daihatsu Hijet Zebra diluncurkan. Pihak"lawan" tentu tak tinggal diam. Saling mengintip kelebihan dan kekurangannya. Dan perebutan pangsa pasar kendaraan niaga 1.000 cc akan membuat dag-dig-dug dealer; pengusaha karoseri, bahkan juga konsumen.

Kebutuhan kendaraan pribadi saat ini tampaknya memang menjadi sesuatu yang mutlak. Apa boleh buat, efisiensi dan efektivitas memaksanya demikian. Terutama di kota-kota besar.

Apalagi mengingat Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Berpenduduk lebih 165 juta jiwa tersebar pada ribuan pulau, dan tak berlebihan bila menyebut Indonesia sebagai negara transportasi.

Transportasi tak bisa dipisahkan dari perkembangan ekonomi. Ia telah menjadi urat nadi perekonomian. Selain itu. ciri masyarakat modern, yang menuntut efisiensi dan efektivitas tinggi, akhirnya menuntut tersedianya alat transportasi serba guna yang memenuhi semua kebutuhan masyarakat. Sebagai alat angkut hasil industri, perdagangan, pertanian, maupun pertambangan; dan penumpang.

Dari tahun ke tahun kebutuhan orang akan mobil pribadi bertambah terus; untuk ke kantor, pasar, sekolah, rekreasi, atau keperluan lain. Harga sedan belum terjangkau. Karena itu konsumen mencari jenis lain yang lebih murah tetapi serba guna. Untuk niaga bisa, untuk keperluan pribadi pun oke. Tak heran kalau kemudian kendaraan jenis niaga-serba guna ini yang paling laku di Indonesia.

Menurut Alam Wiyono, Direktur Pemasaran Toyota Astra Motor, dulu kendaraan jenis niaga itu memang dirancang sebagai kendaraan pengangkut barang. "Tetapi, kemajuan industri karoseri mengubahnya menjadi kendaraan pribadi," katanya.

Sekalipun pasaran kendaraan bermotor di Indonesia menurun, dari 16.897 kendaraan perbulan pada tahun 1981, menjadi 12.000 per bulan di tahun 1986. Namun, pasaran kendaraan niaga kelas 1.000 cc tetap menunjukkan trend pertumbuhan yang positif, dari 3.782 kendaraan per bulan pada tahun 1981, menjadi 6.300 per bulan di tahun 1986.

Subronto Laras. Ketua Umum GAIKINDO (Gabungan Agen Tunggal dan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) pada kesempatan lain menambahkan, hal itu terjadi karena harganya masih di bawah separuh harga sedan yang paling murah. Lebih dari itu bisa dipakal untuk berbagai kegunaan.

Angky Camaro, Direktur PT Indo Mobil Utama, agen tunggal Suzuki di Indonesia mengungkapkan bahwa peningkatan penjualan kendaraan niaga memang terjadi sejak tahun 1981. Meski tahun-tahun sebelumnya kendaraan niaga yang dimodifikasi menjadi minibus sudah banyak di pasaran. Ini karena dukungan peraturan pemerintah tentang pembebasan bea masuk pada mobil jenis niaga. Suzuki dan Daihatsu memanfaatkan kesempatan itu.

Daihatsu yang sudah memasuki pasar Indonesia pada awal tahun 60-an, dikenal sebagai Bemo beroda tiga, pada tahun 1973 mulai memasarkan Hijet S 38 P. Tetapi, ledakan pasar terjadi ketika para produsen menampilkan kelas 1.000 cc Angky mengakui bahwa 80% produknya adalah jenis Suzuki Carry.

Suzuki mengambil langkah efislen, karena sudah membuat mesin sendiri di Indonesia. Dari ketiga tipe yang dipasarkan di Indonesia, Suzuki memilih jenis mesin 1 000 CG dengan empat silinder, digunakan untuk, Jimny. Forsa, dan Carry.

Suzuki membuat mesin 4.000 unit setiap bulan, karena itu over head cost bisa tertutup karena permintaan jenis Carry tinggi.

MESKIPUN permintaan mobil niaga meningkat, Subronto Laras melihat kebutuhan itu masih jauh dari yang diharapkan. "Terutama bila dibandingkan dengan populasi penduduk Indonesia," ujarnya.

Ia memperkirakan 70% dari seluruh kendaraan niaga sekarang dimodifikasi menjadi minibus. Hanya 30% yang masih dalam bentuk pick-up. "Itu pun banyak digunakan sebagai mobil pribadi, bukan mobil pengangkut," ujar Angky. Bagi pasangan muda, menggunakan mobil pick-up masih lebih menguntungkan dibanding menggunakan sepeda motor.

Kalaupun sudah diubah jadi minibus, kegunaannya ternyata tetap multipurpose. Bisa digunakan penambah pendapatan, untuk antar jemput anak sekolah, misalnya. Karena itu Subronto Laras menilai jenis mobil niaga ini punya segment market yang khas. "Bagi orang yang akan membeli mobil sebagai mobil pertama, akan lari pada jenis minibus, soalnya serba guna."

Di Jepang sendiri tipe minibus dengan mesin 550 cc justru tetap berkembang. Mengingat kegunaannya hanya sebagai pengangkut barang ringan dalam kota, atau jarak pendek. Dan bila digunakan membawa penumpang, paling-paling untuk empat orang. Alasan ini menjadikan pasar mobil 1.000 cc menjadi khas Indonesia, seperti kata Subronto.

PILIHAN mobil kelas 1.000 cc memang banyak. Tetapi, sampai saat ini Daihatsu Hijet dan Suzuki Carry yang tampaknya paling berperan di pasaran. Daihatsu Hijet sejak tahun 1981 menjadi market leader. Rata-rata 909 unit terjual di tahun 1981, meningkat menjadi 2.165 kendaraan per bulan sekarang. Selama lima tahun Hijet bertahan. Dalam pada itu, Suzuki pun menguntit ketat. Tahun 1986 Suzuki mengklaim sebagai yang paling banyak terjual. Suzuki tampaknya mengambil alih kedudukan Hijet, apalagi dibantu dengan karoseri yang beraneka, dan didukung pula dengan iklannya yang menyebutkan "Paling ideal dalam kelasnya".

Tentu saja Daihatsu tak tinggal diam. Itulah sebabnya muncul Hijet Zebra yang dimensinya memang menandingi Suzuki. Hijet menggunakan iklan "Teliti Sebelum Membeli". Ini tentu meminjam slogan Lembaga Konsumen agar konsumen tak sembarangan membeli barang, tetapi memperhatikan dulu dengan seksama.

Ada lima syarat yang harus dipertimbangkan sebelum membeli mobil; kabin pengemudi, penumpang dan barang. Tenaga dan kebandelan mesin serta iritnya pemakaian bahan bakar. Pengendalian kemudi dan kemampuan olah-gerak di jalan. Keamanan dan stabilitas kendaraan. Juga reputasi perusahaan penjual serta dukungan purnajual.

"Hijet Zebra memiliki keunggulan pada lima syarat utama kendaraan yang baik itu," kata Edie Santosa, General Manager Marketing PT Astra International Inc.

Sebagai produk generasi baru hasil pengembangan Hijet 1.000, Daihatsu Zebra disiapkan untuk mengungguli dalam kelasnya. "Perbaikan-perbaikan kami dasarkan pada riset serta pengamatan terhadap kebutuhan konsumen Indonesia. Produk baru ini tidak saja lega sebagai kendaraan penumpang, tetapi juga perkasa sebagai kendaraan angkutan," lanjut Edie.

Kecuali Suzuki dan Daihatsu, saingan mereka adalah Toyota Kijang. Selain kelasnya di atas 1.000 cc Kijang mempunyai keistimewaan lain, yaitu punya hidung. Tidak seperti Suzuki Dan Daihatsu.

Alam Wiyono mengakui, bentuk Kijang terdahulu memang sederhana dan kurang menarik. Sehingga para pengusaha karoseri banyak mengubahnya sebagai kendaraan penumpang secara habis-habisan. Bentuk asli Kijang malah hilang.

Melihat pengalaman itu, Kijang lalu diubah. Bulan November mendatang bakal muncul Kijang generasi baru yang dinamis, dan memenuhi selera pasar. "Kami sudah menggunakan mesin pres untuk membuat Kijang yang baru," tambah Alam Wiyono.

Namun, Alam menyadari, Kijang saat ini masih banyak digunakan sebagai kendaraan pengangkut. Ini mengingat tenaga…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
MELANGKAH MAJU dengan KESUNGGUHAN HATI
1994-03-12

Ekspor anak perusahaan surya dumai group ini sudah menjangkau ke 27 negara. pertumbuhan penjualan dan…

Y
Yang dibutuhkan pelaku bisnis: Color Pages Indonesia
1994-03-26

Segera terbit color pages indonesia. katalog tentang building materials dan equipments, dengan informasi yang lengkap…

B
BIARKAN KAMI MENYELESAIKAN MASALAH ANDA
1994-01-29

Biro administrasi efek (bae) pertama di indonesia. memberikan jasa layanan bagi perusahaan yang akan dan…