PERISTIWA PENTING

Edisi: 45/15 / Tanggal : 1986-01-04 / Halaman : 23 / Rubrik : KIB / Penulis :


Akhirnya, tahun 1985 harus kita lepaskan juga. Mungkin dengan napas lega, karena sebuah periode berat telah berlalu. Apakah 1985 akan menjadi mimpi buruk, karena begitu banyak bencana - bom, api, teror, gempa, dan kelaparan - telah mengotorinya? Ataukah akan menjadi kenangan manis, seperti sebuah medali kemenangan, yang sering dikeluarkan dan digosok mengkilat kembali? Rahmat dan bencana, atau madu dan racun, keduanya selalu singgah di tempat kita. Apakah 1986 akan serupa juga? Siapa tahu?

Setelah terputus selama 18 tahun, hubungan dagang langsung RI-RRC dibuka kembali. Ketua Umum Kadin Indonesia Sukamdani Gitosardjono mengunjungi Beijing, dan Ketua CCPIT Wang Yaoting datang ke Jakarta. Langkah awal normalisasi hubungan diplomatik? "Tidak," bantah sejumlah pejabat Indonesia. RRC tampaknya mengharapkan itu.

Selama 75 jam, 30 Agustus silam, satelit Palapa B-1 bergeser dari orbitnya. Gambar televisi hilang dan komunikasi macet, terutama di Indonesia Timur, yang belum memiliki jaringan microwave. Usaha meluruskan posisinya, ternyata, mengurangi umur Palapa dua tahun, bukan dua bulan seperti dugaan semula.

Meski pada mulanya terasa alot, perintah untuk menahan "gajah" Nur Usman akhirnya dikeluarkan. Bekas pejabat Pertamina itu dituding mengotaki pembunuhan anak tirinya, Roy Bharya. Selama ia diadili, hakim sempat 13 kali menunda sidang, karena Nur "sakit" - sesuai dengan keterangan yang dikeluarkan dokter Rutan Salemba, Wunardi. Tapi, menurut tim dokter RSPAD dan RS Cipto, Nur cukup sehat untuk menghadiri sidang.

Ekonomi lesu, dan PHK pun tak terelakkan. Akibatnya, makin banyak penganggur bergentayangan. Cukup banyak yang ulet dan terjun ke sektor informal: menjadi pedagang kaki lima atau membuka bengkel motor.

"Bung Karno menerima komisi," tulis buku pelajaran Sejarah Nasional Indonesia untuk SMP. Orang pun ramai. Lalu Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, ide Almarhum Menteri P & K Nugroho Notosusanto, pun digabungkan lagi dengan Sejarah Indonesia. Mengapa kita heboh ketika yang dituding dan penuding telah tiada?

Pengusaha mengeluh mengenai berbelitnya prosedur impor dan ekspor barang di pelabuhan, yang menyebabkan biaya tinggi. Penyederhanaan meja Bea Cukai sudah dilakukan, tapi hasilnya nihil. Lalu, pada 1 Mei diturunkan Inpres No. 4 dan 5 1985, yang memangkas habis wewenang pemeriksaan oleh Bea Cukai. Pengusaha senang, tapi harga tetap membubung.

Harga minyak Minas mulai 1 Februari, turun dari US$ 29,53 jadi US$ 28,53 per barel. Penurunan itu, kata Menko Ekuin Ali Wardhana, hanya mengurangi devisa US$ 300 juta, dan menciutkan rencana penerimaan pajak Rp 325 milyar. Sas-sus devaluasi dibantah. Karena cadangan devisa, cukup kuat, sekitar US$ 10 milyar.

Untuk pertama kali, seorang jenderal purnawirawan yang memangku jabatan gubernur dikalahkan calon pendamping dalam pemungutan suara untuk memilih kepala daerah Riau. Ketidakpuasan dan protes memang bisa muncul dalam banyak cara.

Peranannya dalam melahirkan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

1
1993: BUKAN HANYA TAHUN MEGA & SYUGA
1994-01-08

Kilas balik 1993 peritiwa di dalam dan luar negeri a.l.: pembunuhan marsinah, pemilihan presiden, petisi…

D
DEMOKRASI, PERTUMBUHAN EKONOMI, TAPI JUGA BENCANA
1993-01-02

Sekilas peristiwa penting di tahun 1992 yang terjadi di dalam negeri danluar negeri dalam bentuk…

K
Kilas Balik 1991
1991-12-28

Rekaman peristiwa sepanjang 1991. dalam bentuk foto. disertai pula pendapat para pejabat tinggi, atau tokoh…