Pasar Yang Tak Pernah Tidur
Edisi: 02/16 / Tanggal : 1986-03-08 / Halaman : I / Rubrik : PWR / Penulis :
Kalau pasar tak pernah tidur, produsen pun harus selalu terjaga dan waspada. PT BASF Indonesia terus, memantau (memonitor) selera pasar.
Tidur adalah suatu kelengahan. Dan kelengahan selalu identik dengan lepasnya peluang. Itu cocok dengan pemeo yang mengatakan: peluang hanya mengetuk pintu satu kali.
Dalam dunia bisnis, kita pun mengenal apa yang disebut the sleeping giants perusahaan-perusahaan yang saking besarnya lalu menjadi pongah dan lengah. BASF-AG sebagai salah satu perusahaan kimia terbesar di dunia, tentu saja tak luput dari ancaman ini. Sukur, mereka belum terserang kantuk. "Kenyataan bahwa kami selalu memimpin pasar, adalah bukti bahwa kami belum tidur," kata Winfried J. Werwie, Presiden Direktur PT BASF Indonesia.
"Bagaimana kita bisa tidur?" kata Danny Jozal, Direktur Pemasaran perusahaan itu. "Pasar itu 'kan sebuah fenomena yang selalu berubah. Sebagai produsen, kalau kita mengantuk sedikit saja, sudah pasti amblas saham pasar kami. "Indonesia mengalami lompatan besar dalam teknologi reproduksi suara. Piringan hitam dan alat pemutarannya merupakan barang mewah yang hanya dimiliki sekelompok kecil penggemar musik. Gramofon pada masa lalu pun merupakan kemewahan khusus.
Tape recorder dengan pita magnetik gulungan besar (reel-to-reel) masih terlalu mahal untuk dapat diserap masyarakat ketika itu. Lalu, pada akhir tahun 60-an pita magnetik dalam bentuk kaset masuk Indonesia. Bum! Sebuah pasar baru terbentuk.
Kegandrungan masyarakat terhadap musik pun menjadi-jadi. Berbagai jenis musik muncul dalam blantika musik Indonesia. Tingkat kecanggihan masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih merupakan listening society seakan menemukan medianya. Pemusik, penyanyi, pengarang lagu, perekam musik, semuanya menunjang arus menaik yang menggembirakan.
Kebutuhan akan pita kaset pun meningkat dengan pesat. BASF-AG, salah satu produsen pita kaset terkemuka di dunia, yang semula hanya mengekspor pita ke Indonesia, sejak tahun 1977 telah menanamkan modal di Indonesia, bekerjasama dengan PT URECON UTAMA untuk memproduksi pita kaset.
Dengan kualitas yang berada di papan atas, pita kaset BASF bersaing dengan pita kaset merek lain yang dapat menawarkan harga lebih rendah. Maklum, pada waktu itu pita kaset berisi rekaman lagu bahkan dijual dengan harga bantingan: seribu rupiah dapat tiga kaset.
Kecanggihan masyarakat pulalah yang akhirnya menuntut jenis pita kaset yang lebih baik. Masyarakat Indonesia telah "naik kelas". Mereka sekarang tidak puas lagi mendengar lagu meliuk-liuk di atas pita yang buruk. "Di Dadaku Ada Kamu" Vina pun tentu hanya akan membikin jengkel pendengarnya bila direkam di atas pita yang tak stabil.
Pita kaset BASF kini makin banyak dituntut konsumen sebagai pita bermutu yang menghasilkan reproduksi suara terbaik bagi lagu-lagu Indonesia. Tetapi, kenyataan inipun belum membuat BASF lena. Melejitnya lagu "Kokoro no tomo", misalnya, adalah merupakan ulah BASF untuk menggairahkan pasar melalui AUDEX (audio exhibition), suatu demonstrasi audio tahunan yang digandrungi pecinta musik. BASF memang tidak hanya bertindak sebagai produsen kaset. Sampai-sampai Seiichi Okawa, koresponden TEMPO di Tokyo, merasa heran mendengar "Kokoro no tomo" di mana-mana selama ia berkunjung ke Indonesia. "Di Jepang kami tak pernah mendengar lagu itu," katanya.
BASF-AG tidak hanya memproduksi pita kaset, sekalipun ia merupakan penemu pita magnetik untuk mereproduksi suara (baca juga: "Thomas Lupa Makan", dan "Kota Kecil di Tepi Sungai Rhine"). Dalam total bisnis-nya, usaha pita kaset hanya menyumbangkan kontribusi yang kecil saja. Nama BASF, terutama di Indonesia, lebih banyak dikenal sebagai pita kaset audio, karena hanya pada media magnetik itulah nama BASF melekat dan tampil.
Sebagai penghasil bahanbahan kimia, produk BASF kebanyakan merupakan bahan baku yang sudah tidak dapat lagi dikenali bentuk aslinya ketika mencapai tangan konsumen. Wajar kalau nama BASF kemudian tidak dapat ditampilkan pada produk jadi tersebut.
"Campur tangan" BASF dalam kehidupan manusia ternyata sangat besar. "Anda mungkin tak sadar bahwa benda-benda yang melekat pada tubuh Anda dan yang terdapat di sekeliling Anda ini mengandung bahan buatan BASF," kata Winfried Werwie. Balpen Anda mungkin mengandung plastik olahan BASF. Sepatu kulit dan ikat pinggang Anda mungkin juga dibuat dengan bahan BASF.
Minyak wangi Anda memakai bahan kimia BASF dan celana jeans Anda hampir pasti diwarnai birunya dengan indigo buatan BASF, karena BASF-lah penghasil terbesar dan pemasok utama indigo di pasar dunia.
Dalam garis besarnya produk-produk BASF dibagi dalam enam kelompok, yaitu: Energi dan Bahan Baku, Kimia (termasuk obat-obatan), Pupuk Kimia dan Herbisida, Plastik, Barang-barang Konsumsi, Bahan Pewarna. Tiap kelompok diwakili oleh ratusan jenis produk yang terus-menerus berkembang. Kini lebih dari 6000 jenis.
Tidak semua produk BASF menemukan jalannya ke Indonesia. PT BASF Indonesia, yang mempunyai pabrik di Cengkareng, Jakarta, hanya memproduksi pita kaset dan zat pewarna. Produk-produk BASF lainnya yang dipasarkan di Indonesia yaitu: obat-obatan, bahan kimia…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
MELANGKAH MAJU dengan KESUNGGUHAN HATI
1994-03-12Ekspor anak perusahaan surya dumai group ini sudah menjangkau ke 27 negara. pertumbuhan penjualan dan…
Yang dibutuhkan pelaku bisnis: Color Pages Indonesia
1994-03-26Segera terbit color pages indonesia. katalog tentang building materials dan equipments, dengan informasi yang lengkap…
BIARKAN KAMI MENYELESAIKAN MASALAH ANDA
1994-01-29Biro administrasi efek (bae) pertama di indonesia. memberikan jasa layanan bagi perusahaan yang akan dan…