REAL ESTATE, BUKAN SEKADAR RUMAH

Edisi: 20/16 / Tanggal : 1986-07-12 / Halaman : I- / Rubrik : PWR / Penulis :


BILA masalah sandang dan pangan sudah terpenuhi, maka memiliki rumah sendiri adalah suatu mimpi indah yang patut diwujudkan. Namun, untuk mendapatkan rumah, bagi sebagian besar masyarakat masih diperlukan instansi yang dapat membantu pemilikan rumah tersebut.

Memiliki rumah sendiri akan menjadikan seseorang hidup lebih ekonomis, lebih terencana, serta menimbulkan identitas pribadi. Karena itu setiap orang memimpikan mempunyai rumah pribadi untuk melindungi keluarganya.

Instansi yang diperlukan untuk mewujudkan impian itu adalah lembaga yang dapat membantu seseorang mendapatkan harga yang terjangkau, serta dengan cara pembayaran yang mudah.

Yang paling dikenal adalah Bank Tabungan Negara (BTN). Kemudian ada pula lembaga keuangan yang mulai akrab dengan masyarakat, PT Papan Sejahtera, yang memberikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) juga dalam jangka panjang, 5-15 tahun, bagi Golongan Masyarakat Berpenghasilan Menengah (GMBM). Dan masih ada lagi beberapa bank swasta yang juga memberikan KPR dalam jangka menengah, sampai tujuh tahun, bagi mereka yang berkocek cukup tebal.

Instansi lain yang diperlukan ialah pihak pembangun (developer). Pemerintah menyiapkan Perum Perumnas sebagai pihak pembangun. Dan pada pihak swasta, adalah yang dikenal dengan pengusaha real estate.

Usaha real estate pada kenyataannya bukanlah sekadar perusahaan yang membangun rumah-rumah, akan tetapi sangat luas lingkup kegiatannya. Mereka terlibat untuk mengadakan sarana sosial lingkungan perumahan tersebut. Karena pembeli rumah sekarang makin teliti. Yang mereka beli bukan lagi hanya rumah dengan desain dan mutunya, akan tetapi satu perumahan yang nyaman dan aman sebagai kawasan hunian mereka.

Industri real estate mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1970-an. Ketika pendapatan perkapita meningkat dua kali lipat, dari sekitar 200 dolar AS menjadi hampir 480 dolar AS.

Akan tetapi, dalam usianya yang masih muda, industri real estate banyak mengalami tantangan dari masyarakat. Mereka dianggap merusak harga tanah. Dianggap membeli murah dari masyarakat, dan menjual mahal setelah jadi real estate. Padahal persoalannya ialah pengusaha real estate harus menjadikan tanah itu sebagai tanah matang, lengkap dengan sarana jalan, saluran air dan lain sebagainya. Seperti yang diakui oleh Ir.A. Handi Pranata, Dirut PT Misori Utama, bahwa biaya untuk itu memang mahal. Karena itu, Handi lebih suka membeli tanah yang dimiliki oleh satu nama, daripada harus membebaskan sebuah tempat pemukiman. "Masalahnya repot," katanya.

Bagi Pemerintah DKI Jaya, spekulasi naiknya harga tanah yang menjadi tidak proporsional sekarang sudah dicegah dengan adanya Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) 1985-2005, yang memiliki empat tujuan. Antara lain, meningkatkan penyediaan tanah bagi lapisan masyarakat berpenghasilan rendah, serta menyempurnakan sistem pengendalian tanah hingga mampu dijangkau.

MENURUNNYA angka realisasi pembangunan rumah oleh Perumnas ternyata bukan sektor pengadaan perumahan telah diambil alih oleh swasta. Akan tetapi kelesuan ternyata juga melanda bidang ini.

Dalam Pelita IV sekarang, sebenarnya sudah dipatok angka sebesar 300.000 unit rumah yang harus dibangun dengan dana dari BTN. Dari jumlah tersebut, Perumnas hanya kebagian 140.000, sisanya oleh pihak swasta. Angka ini agaknya tak tercapai. Yang pasti, realisasi pembangunan dari pihak swasta memang lebih besar, sesuai dengan "jatah" semula. Namun, kedua pihak tak mencapai target. Kelesuan pasar dalam industri real estate saat ini memang sejalan dengan kelesuan pola konsumsi masyarakat.

Bintaro Jaya misalnya, sebuah kawasan perumahan di Jakarta Selatan-Barat yang memproklamasikan diri sebagai Kota Satelit Baru, cukup sulit memasarkan rumahnya. Di saat ekonomi baik, satu bulan tak kurang dari 40 rumah terjual. Saat-saat sekarang ini hanya 20 rumah dapat terjual tiap bulan. Tetapi, pada bulanbulan promosi yang baru lalu, sekitar 25 rumah terjual. "Lumayan!" kata Eric Samola SH, Dirut Bintaro Jaya, kawasan real estate yang sudah beberapa kali memenangkan penghargaan lingkungan terbaik.

Sebagai Kota Satelit, kawasan ini nantinya akan berkembang menjadi sekitar 1.000 hektar. Yang sudah dibangun sekarang adalah 100 hektar, 200 hektar lagi sedang dalam penggarapan pematangan.

Meskipun pemasaran real estate sedang lesu, beberapa penguasaha memanfaatkan lokasi yang disesuaikan dengan master plan Jakarta. Terutama dalam upaya pemerataan kesibukan mereka membangun dua sentra primer Jakarta, di sebelah timur dan barat.

Permata Buana Gemilang contohnya. Mukti Wibawa, Marketing Executive-nya mengatakan meskipun proyek perumahan Taman Permata Buana, yang letaknya bertetangga dengan sentra primer Jakarta Barat, baru dilaksanakan pembuatan jalannya bulan Juli ini, kapling sudah laku 45%. Kekuatan pasarnya adalah karena lokasinya. Apalagi didukung berbagai fasilitas yang mengunggulkan pemasarannya. Misalnya kabel listrik yang direncanakan di bawah tanah. Kabel-kabel yang centang perenang menurut Ir. Jimmy Widjaja, Project Manager-nya, mengurangi keindahan kompleks. Sehingga layanan kabel bawah tanah itu akan memberi kerapian kawasan real estate-nya.

Meskipun pasar cukup lesu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
MELANGKAH MAJU dengan KESUNGGUHAN HATI
1994-03-12

Ekspor anak perusahaan surya dumai group ini sudah menjangkau ke 27 negara. pertumbuhan penjualan dan…

Y
Yang dibutuhkan pelaku bisnis: Color Pages Indonesia
1994-03-26

Segera terbit color pages indonesia. katalog tentang building materials dan equipments, dengan informasi yang lengkap…

B
BIARKAN KAMI MENYELESAIKAN MASALAH ANDA
1994-01-29

Biro administrasi efek (bae) pertama di indonesia. memberikan jasa layanan bagi perusahaan yang akan dan…