SYUKUR, BUKU KIAN BANYAK, DAN TAK...

Edisi: 10/14 / Tanggal : 1984-05-05 / Halaman : II / Rubrik : PWR / Penulis :


SEANDAINYA Anda seorang penerbit Indonesia, tentunya Anda tergabung dalam Ikapi (Ikatan Penerbit Indonesia), organisasi penerbit yang muncul pada 1950, dan telah mengalami pasang surut. Ikapi semula hanya punya beberapa anggota. Tapi pada 1966 tercatat ada 450 penerbit tergabung di dalamnya. Dan 1973, herannya, banyak penerbit rontok, tinggal 80-an. Mulai pertengahan 1970-an dunia penerbitan ramai lagi, dan tahun ini tercatat ada sekitar 200 penerbit tergabung dalam Ikapi.

Gambaran pasang surutnya Ikapi mencerminkan dunia jual beli buku di Indonesia memang belum menyenangkan. Seandainya Anda penerbit, tentu tahu pasar buku ternyata tak seluas pasar media elektronik, misalnya. Menurut sensus 1980 dari BPS, 150 juta penduduk Indonesia bisa menyerap 32,8 juta radio, dan sekitar 5 juta pesawat televisi. Tapi buku? Tak ada gambaran. Eduard Kimman, ahli komunikasi massa Belanda yang menyusun disertasi tentang bisnis penerbitan Indonesia, menyimpulkan bahwa belum tentu ada satu buku dalam satu rumah tangga Indonesia yang memiliki radio dan televisi.

Terbatasnya pasar masih ditambahlagi tidak jelasnya lokasi pasar. Ini menyebabkan kesulitan untuk menentukan pola distribusi. Karena itu, menurut H. Firdaus Urnar, Direktur Utama Penerbitan Mutiara yang juga menjadi Wakil Ketua Ikapi, umumnya penerbit Indonesia masih belum tahu persis bagaimana memasarkan bukunya.

Tapi jangan keburu meninggalkan cita-cita. PT Gunung Agung atau PT Gramedia mungkin bisa ditiru. Dua penerbit itu, juga Indira, mempunyai jaringan pemasaran sendiri, yakni toko buku mereka sendiri. Menurut Kepala Divisi Penerbitan Buku PT Gramedia, Adisubrata, buku Gramedia yang tersalurkan lewat toko buku sendiri sekitar 25% dari oplah tiap juduL Bahkan toko buku Indira, menurut Wahyudi, direkturnya, memasarkan 40% dari oplah buku Indira.

Tapi Anda jangan keburu mendirikan toko buku. Pada zaman ini, sebuah usaha tanpa manajemen yang baik bakal susah berkembang - sudah banyak saingan. Tengok-tengok dululah, adakah mampu menemukan orang yang tepat, atau adakah kemampuan mengelola dua usaha yang berbeda sekaligus: penerbitan dan toko buku. Kegamangan pengelolaan ini, menurut H. Firdaus Umar, menyebabkan tak banyak penerbit membuka toko.

Masih aa satu soal lagi: membuka toko tentu perlu modal. Jangan terlalu berharap bisa mendapat kredit dari bank atas nama penerbit. Di mata para bankir, penerbitan buku tidak jelas harga dan jenisnya. De jure, memang masuk usaha kelompok perdagangan. Tapi de factnya, barang dagangannya, yakni buku, ternyata susah dinilai. Ini menyebabkan bank ragu-ragu membuka kredit bagi penerbit. "Buku belum bisa dijadikan jaminan bank," kata Wakil Ketua Ikapi. 'IKertas putih yang masih menumpuk di gudang, bagi pihak bank, malah lebih berharga daripada bukunya." Repot, memang.

Tapi, sebelum pusing dengan persoalan pemasaran itu, penerbit lebih dulu dihadapkan pada masalah buku jenis apa yang baik diterbitkan. Soalnya, bukuada 1.001 jenisnya. Daribuku komik, buku tuntunan salat, buku pelajaran sekolah, novel, sampai buku masak-memasak. Juga jadi pikiran, tentu, mau menerbitkan tulisan penulis pribumi, atau mau membeli hak cipta dari penerbit asing. Persoalan ini muncul karena penerbit bukan sejenis pedagang kelontong (bukan berarti ini merendahkan para kelontongwan) yang bisa menjual apa saja.

Samar-samar, para penerbit seperti menginginkan cap sendiri. Masagung, misalnya, pendin PT Gunung Agung itu, lebih condong mencetak buku riwayat hidup para tokoh masyarakat. Ada alasannya, pihak Gunung Agung menganggap buku-buku seperti anak Desa (biografi Presiden Soeharto)/ Bung Karno (riwayat hidup Presiden Soekarno), atau biografi Bung Hatta, "buku-buku yang akan dibutuhkan untuk keperluan penelitian dan penulisan sejarah." Bobot, sekaligus kemungkin an larisnya buku, jadi pertimbangan. Bung Kamol misalnya, tercatat sudah dicetak lebih dari 150.000.

Mungkin Anda akan bertanya: Adakah ciri khas itu ditetapkan lebih dahulu, atau kemudian? Atau, hal itu hadir dengan sendirinya? Ini sulit dijawab. PT Gunung Agung memang terus menerbitkan biografi-biografi (dari sekitar 400 judul buku Gunung Agung sebagi an besar seri biografi). Ada yang laris, ada yang tidak. PT Indira memusatkan perhatiannya pada penerbitan komik anak-anak (dan terutama terjemahan). Penerbit yang berangkat dari usaha impor buku ini kini namanya seperti tak terpisahkan dengan komik petualangan Tintin.

PT Gramedia, meski terima hoki pertama lewat novel pop, salah satu penerbit besar Indonesia itu lebih dikenal dengan buku-buku bacaan anakanaknya, terutama yang terjemahan. Tapi, kini penerbit ini pun tampaknya mulai banyak menerbitkan buku seri sosial politik dan pendidikan. Buku buku yang jadi ciri tiap tiap penerbit itulah, biasanya, yang merljadl tulang punggung mereka.

Tentu saja, ciri khas itu ada yang tajam ada yang tidak. Pustaka Salman Bandung, sangat mengkhususkan diri pada penerbitan buku-buku pilihan tentang Islam.

Dan, pilihan penerbit itu lebih khusus agaknya dibandingkan misalnya dengan buku-buku terbitan Bulan Bintang, Jakarta, dan Al Ma'arif, Bandung - meski sama-sama mengkhususkan buku tentang Islam. Lalu beberapa penerbit - PT Bhratara, PT Bina Ilmu, PT Binacipta - mengkhususkan pada buku ilmu pengetahuan. Sementara itu, Penerbit Sinar Harapan tampaknya masih "mencari-cari". Baik novel, kumpulan puisi, buku biografi, buku ilmu pengetahuan terbitan penerbit yang satu lingkungan dengan harian Sinar Harapan itu sama sama kuat.

Bagaimana mencari naskah? Ini memang masalah yang memusingkan hampir semua penerbit. Ternyata, penulis buku di Indonesia tak banyak, karena berbagai sebab. Antara lain, mereka yang mampu hanya sedikit punya waktu. Itulah mengapa banyak buku terjemahan terbit. Dan menerjemahkan buku untuk diterbitkan, punya persoalan sendiri pula. Benar, Indonesia tak terikat pada Konvensi Bern - persetujuan perlindungan hak cipta internasional. Tapi kini penerbit Indonesia tak senang diejek sebagai pembajak. Kini, sebagian kita membayar hak cipta kepada penerbit asli di luar negeri. Bagi para penerbit sendiri, ada manfaatnya pula. Misalnya, menghindarkan satu buku diterjemahkan dan diterbitkan oleh dua atau lebih penerbit Indonesia.

Cuma, mencari penerjemah tak gampang. Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial (YIIS) yang "memakelari" penerbitan buku-buku ilmu sosial - yayasan ini cuma menyediakan naskah, soal menerbltkan ditawarkan ke penerbit lain - terjemahan maupun bukan, pun ternyata pusing mencari penerjemah. Padahal, yayasan ini menggarap jenis buku yang sudah tertentu. Dan, tentunya, orang-orang yayasan mengenal baik para ahli ilmu sosial Indonesia. Logikanya, mereka gampang menemukan penerjemah, nyatanya, kok, tidak. Jadi, bisa dibayangkan bagaimana susahnya penerbit lain mencari penerjemah yang memenuhi syarat: memahami isi buku, dan sekaligus terampil menerjemahkan.

Ada contoh pemecahan. Yakni dari PT Pustaka Tira, yang banyak menerjemahkan buku-buku Time-Life. Willie Koen, editor kepala penerbit ini, memecahkan persoalan itu dengan memperkuat tim editor. Dengan begitu, persyaratan buat penerjemah bisa lebih ringan.

Begitu terbit, segera pula muncul persoalan bagaimana cara mempromosikan buku. Iklan di media massa, mungkin cara paling efektif. Darmadji, penanggung jawab Toko Buku Gramedia yang di Pusat Perdagangan Senen, punya pengalaman. Begitu iklan sebuah buku muncul di media massa, biasanya yang menanyakan dan membeli buku di toko bukunya ramai.

Sialnya, munculnya iklan dan beredarnya buku sering tidak klop. Buku yang baru saja diiklankan di sebuah surat kabar belum tentu sehari kemudian sudah ada di toko-toko buku - ini terutama terjadi di luar Jakarta. Bahkan di lusat Buku di Lantai IV Pusat Perdagangan Senen, Jakarta, yang konon diadakan sebagai pusat bursa buku dengan motto "begitu buku terbit begitu ada di Pusat Buku", buku baru sering terlambat munculnya.

HAL-hal seperti…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
MELANGKAH MAJU dengan KESUNGGUHAN HATI
1994-03-12

Ekspor anak perusahaan surya dumai group ini sudah menjangkau ke 27 negara. pertumbuhan penjualan dan…

Y
Yang dibutuhkan pelaku bisnis: Color Pages Indonesia
1994-03-26

Segera terbit color pages indonesia. katalog tentang building materials dan equipments, dengan informasi yang lengkap…

B
BIARKAN KAMI MENYELESAIKAN MASALAH ANDA
1994-01-29

Biro administrasi efek (bae) pertama di indonesia. memberikan jasa layanan bagi perusahaan yang akan dan…