SEBUAH "WABAH" BARU ; SEBUAH "WABAH" BARU: KRAP

Edisi: 28/12 / Tanggal : 1982-09-11 / Halaman : 24 / Rubrik : GH / Penulis :


BEGITU bangun, tanpa mencuci muka atau menggosok gigi, Darma Nasution, 30 tahun, langsung memasang pesawat KRAP-nya (Komunikasi Radio Antar Penduduk) yang terletak di kamar tidurnya. Buat konsultan Kehutanan dan Konstruksi itu, ngebrik (ngebreak) sudah merupakan acara tetapnya tiap pagi sampai pukul 07.00 Secara rutin ia menghubungi teman-temannya, sesama briker (breaker). "Saya merasa mereka seperti teman waktu sekolah dulu," katanya.

R. Sarju, 56 tahun, merasa kehilangan tatkala ia harus pensiun. Sarjana hukum yang terakhir menjabat Staf Ahli Menteri ini menemukan pemecahannya pada KRAP. "Kalau saya bergaul dengan orang sebaya terus, percakapannya ya yang mengenai kegelapan terus. Dengan ngebrik saya mendapat lingkungan baru. Saya merasa menjadi muda lagi. Padahal saya mempunyai satu cucu," ujarnya tersenvum.

Buat Darma Nasution, Sarju, Utu Ritey atau Henky Tikoalu di Jakarta, Titien Martantyo di Yogya, Dewi Soeprapto di Bandung, Supomo Abdullah di Cirebon dan ribuan briker lainnya di seluruh Indonesia, KRAP sudah merupakan bagian dari hidup mereka.

Penetrasi KRAP di Indonesia dimulai sekitar 3 atau 4 tahun lalu. Semula penggemar CB (Citizen Band Tranceiver) ini terbatas, terutama di kalangan penggemar elektronika dan remaja. Pesawatnya sendiri kebanyakan masih berupa tentengan dari luar negeri. Laju popularitasnya yang pesat mendorong pemerintah pada akhir 1980 mengeluarkan keputusan yang mengatur perizinan penyelenggaraan KRAP ini. Awal 1981, Dirjen Pos dan Telekomunikasi juga mengatur persyaratan izin dan teknik KRAP. Sebuah organisasi, RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) dibentuk pada Desember 1980.

Jumlah KRAP memang membengkak cepat. Menurut Kol. R. Harsono, Ketua RAPI DKI Jaya, di Jakarta saat ini terdapat sekitar 3.500 anggota RAPI, sedang di seluruh Indonesia diperkirakan antara 5.000-6.000 yang terdaftar. Namun seorang anggota RAPI senior memperkirakan di Jakarta saja terdapat sekitar 7.000 pesawat KRAP. Hingga diduga di seluruh Indonesia sekarang ada sekitar 15.000 KRAP, separuh lebih tergolong "briker liar" alias tidak terdaftar dalam RAPI.

Penggemarnya juga meluas, tak terbatas pada remaja. Malah kini semakin terlihat kenaikan jumlah CB-ers yang berusia setengah tua, dengan makin banyaknya pengusaha, pejabat dan karyawan-termasuk golongan mampu -- kecanduan "permainan" baru ini.

Harga pesawat memang baru terjangkau golongan mampu, Saat ini ada dua pabrik di Jakarta yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
Tak Terpisahkan Capek, Jazz, dan Bir
1993-10-02

Sejumlah eksekutif mencari dunia lain dengan mendatangi kafe. kafe yang menyuguhkan musik jazz jadi rebutan.…

A
AGAR MISS PULSA TIDAK KESEPIAN
1993-02-06

Pemakaian telepon genggam atau telepon jinjing kini tak hanya untuk bisnis tapi juga untuk ngobrol.…

I
INGIN LAIN DARI YANG LAIN
1992-02-01

Festival mobil gila dalam pesta otomotif 92 di surabaya akan diperlombakan mobil unik, nyentrik dan…