Perempuan
Edisi: 22/23 / Tanggal : 1993-07-31 / Halaman : 35 / Rubrik : CTP / Penulis : MOHAMAD, GUNAWAN
PADA akhirnya hanya perempuan yang bisa bercerita tentang kemerdekaan.
Saya baru menyadari ini ketika saya bertemu dengan Fadia Faqir, pengarang wanita yang lahir di Yordania di tahun 1956 itu, di sebuah diskusi kecil yang diselenggarakan Yayasan Lontar di rumah Nono dan Atika Makarim di Jakarta pekan lalu. Saya baru menyadari bahwa kemerdekaan memerlukan saksi yang pedih tentang ketidakmerdekaan, dan saksi itu bernama perempuan: merih yang memekik dengan suara serak karena luka. Luka itu, kita tahu, ditoreh diam-diam di kubangan sejarah, di sebuah dusun, di sebuah rumah, di sebuah sel: sebuah masyarakat Timur Tengah. Feminisme di sini, kalaupun bisa disebut demikian, bukan hanya sebuah cara pasang aksi. Ia sebuah gerak menangkis dan meraih untuk tidak mati. Ia gerak dari siapa saja, apa pun jenis kelaminnya. "Perempuan", di sini, menjadi sesuatu yang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Xu
1994-05-14Cerita rakyat cina termasyhur tentang kisah percintaan xu xian dengan seorang gadis cantik. nano riantiarno…
Zlata
1994-04-16Catatan harian gadis kecil dari sarajevo, zlata. ia menyaksikan kekejaman perang. tak jelas lagi, mana…
Zhirinovsky
1994-02-05Vladimir zhirinovsky, 47, banyak mendapat dukungan rakyat rusia. ia ingin menyelamatkan ras putih, memerangi islam,…