& DOR!

Edisi: 01/01 / Tanggal : 1971-03-06 / Halaman : 35 / Rubrik : HB / Penulis :

SEMENTARA pantun dinjanjikan, musikpun memekakkan kuping setjara
bersemangat. Ada pliston, ada suling, ada genderang, ada ketjrek
dan kawan-kawannja: trombon, rebab kuno dan bas mukibat.
Ditangan sembilan orang jang berpakaian udik itu, benda-benda
musik jang mestinja sudah apkir tadi mengarak pengantin
berkeliling kampung. Dan diatas delman jang ditarik manusia,
kedua mempelai dan mertua-mertua mereka boleh puas 100% karena
arak-arakannja telah memenuhi sjarat tradisi pinggiran Djakarta:
anda kawin atau sunat baru komplit bila sudah disertai
Tandjidor.

; Tapi sjarat itu hanja sisa masa lampau jang kini hampir
terkikis. Sebab musik rakjat Betawi jang berasal dari djaman
branwir masih ditarik kuda itu, njatanja tak begitu populer lagi
kini. Dewan Kesenian Djakarta berhasil menghidupkan kembali
lenong -- seni rakjat Betawi jang lain -- hingga memikat
penghuni Djakarta, termasuk orang-orang asing dari negara-negara
IGGI, tapi belum berhasil merehabilitir Tandjidor. Hari raja
Imlek jang baru lalu sepi, tjuma dor-dor-dor mertjon dan bukan
dor-dor-dor drum Tandji: padahal sekian puluh tahun jang lalu
Djakarta selama dua minggu ikut diramaikan musik itu mendjelang
Sin Tjia. Didalam pawai Hari Proklamasi 1970 dan dalam Pesta
Seni Rakjat pertengahan tahun lalu memang muntjul Tandji & dor
itu, "untuk mentjegah musik rakjat itu punah", kata seorang
anggota DKD. Namun tanpa ichtiar lebih landjut, kepunahan itu
nampaknja tak terelakkan: Tandjidor sudah mundur
kekampung-kampung jang djauh dari boulevaard, tanpa melalui
museum,…

Keywords: -

---

Foto Terkait