Ngadisari Tanpa Buntut

Edisi: 08/01 / Tanggal : 1971-04-24 / Halaman : 20 / Rubrik : DS / Penulis :

ANAK perempuan itu malu-malu dan tidak bisa berbahasa Indonesia.
Sesudah pulang balik beberapa kali ia muntjul bersama ibunja
jang bisa berbahasa Indonesia sedikit. Kepada tamu dari kota itu
si ibu memintakan lipstick buat anaknja. Memang dihari-hari
mendjelang Kesodo (TEMPO, 17 April) banjak wanita dan anak-anak
perempuan jang rata-rata rambutnja diponi, memoleskan lipstick
sangat tebal dan merah, pada bibir mereka jang agak tebal pula.
Sementara beberapa anak laki-laki dengan asjiknja bermain tape
recorder. Pita tape jang meluntjur dan bisa bersuara itu
dihubungkan dengan loudspeaker besar jang dipasang tinggi-tinggi
didepan kantor kepala desa, dan dari sana mengalunkan
gending-gending dolanan Djawa tidak putus-putusnja. Tukang atur
ketjil itu tidak terkedjut ketika beberapa orang kota menanjai
mereka dalam bahasa Indonesia.

; Bak Mandi. Seperti djuga halnja laki-laki dan wanita dewasa
tidak terkedjut ketika kamera mendjepret wadjah mereka. Rupanja
sudah terlalu biasa. Dan begitu selesai didjepret dengan
kalemnja mereka minta supaja "diperseni", diberi hadiah. Apakah
orang asing jang sering berkundjung dan mendjepret mereka
mendjadi biang keladi jang menimbulkan tradisi hadiah, tidak
begitu djelas. Tapi penduduk Tengger didesa Ngadisari dan
beberapa desa lainnja jang terletak dalam lalulintas komunikasi
telah sedjak lama mengalami persentuhan dengan kebudajaan luar.
Pemerintah Hindia Belanda berturut-turut pada tahun 1927 dan
1928 menghadiahkan pada mereka sumber air minum Tjotjop dan…

Keywords: -

---

Foto Terkait