BENYAMIN: NOSTALGIA UNTUK HUMOR ...

Edisi: 14/01 / Tanggal : 1971-06-05 / Halaman : 30 / Rubrik : HB / Penulis :


BETAWI kini sudah djadi sisa. Djakarta menggelembung, memadat,
mengeras. Djakarta mengusir masa lalunja dalam proses
metropolitanisasi ke pinggiran -- dan kekepunahan. Delman Saimun
sudah praktis hilang. Helitjak mulai muntjul. Tukang pidjit buta
diganti mandi uap dan massage. Warung mpok I'it menjelinap gelap
ketika muntjrat tjahaja dari niteclub. Didjalanan kopiah mulai
djadi minoritas dibandingkan rambut gondrong, sementara
badju-badju komprang hitam tjuma dipakai pemain lenong dalam
lakon-lakon "preman". Kain dan kerudung tak terlihat lagi. Kini:
mini atau tjutbrai. Meskipun demikian, setelah sekian puluh
tahun berlangsung, meskipun "Djakarta mengalami perubahan"
seperti dinjanjikan sebuah lagu populer tahun 50-an,
restan-restan roh ke-Betawi-an nampaknja masih hidup terus.
Paling sedikit itulah jang terdjadi diatas panggung dan didepan
mikrofon.

; Mula-mula adalah pertengahan bulan Nopember 1968. Dibawah langit
diteater terbuka Pusat Kesenian Djakarta jang masih baru,
berdjubel orang menonton lenong. Lakonnja Njai Dasima. Entah
mengapa, tjerita tragis wanita "njai' orang Inggeris itu
tiba-tiba memikat orang lagi. Dan mereka bukan tjuma
penonton-penonton dari pinggiran Ibu kota -- jang masih
menganggap lenong sebagian dari hidup, 12 djam dari 24 djam --
tapi djuga orang-orang baru, jang hanja djadi orang Djakarta
karena kartu penduduk. Sedjak itu, apa jang Betawi seakan-akan
hidup kembali. Bukan sadja S.M. Ardan, pengarang jang terkenal
karena tjerpen-tjerpennja jang berdialek Betawi itu, tapi djuga
seniman dan peminat-peminat lain beramai-ramai datang
mengerumuni lenong. Setelah Njai Dasima, sedjak 16 Nopember 1968
hampir tiap bulan teater rakjat Betawi itu mendjadi atraksi
dengan kursi-kursi penuh terisi. Demikianlah sampai Mei tahun
1971, kurang lebih sudah 25 lakon dipentaskan. Dalam kata-kata
Soemantri Sastrosuwondo, Sekretaris Lembaga Pendidikan Kesenian
Djakarta jang djuga sebagaimana halnja D. Djajakusuma ikut aktif
dalam menghidupkan kembali lenong: "Perhatian terus meningkat.
Sekarang bukan sadja orang-orang dikampung jang djadi penonton
tetap lenong, tapi djuga orang-orang terpeladjar".

; Pemburu & Benjamin. Sementara itu, pengaruhnjapun menjusup
ketempat-tempat lain. Teater modern Indonesia, jang selalu siap
menampung segala pengaruh dan mentjari tjara-tjara pengutjapan
baru, mendadak melihat teater-teater rakjat sebagai sumber
inspirasi. Antara lain lenong. Begitulah drama terdjemahan
Pemburu Perkasa oleh Arifin C. Noer pernah dimainkan dengan gaja
lenong, dan berhasil. Lakon Kapai-Kapai (lihat Buku) djuga
mengambil beberapa anasir Betawi itu kedalamnja. Disamping itu
menarik djuga apa jang terdjadi dalam film: tjerita-tjerita
Betawi lama mendapatkan pasaran setjara menjolok -- satu hal
jang sebelumnja tak pernah terdjadi hingga Wim Umboh membikin
Matjan Kemajoran ditahun 1967. Maka lahirlah Si Djampang oleh
Lilik Sudjijo, lahir pula Dasima & Saimun oleh Hasmanan, dan
tentu sadja Si Pitung oleh Nawi Ismail.

; Diatas semua itu, lahir pula Benjamin. Namanjaa tjepat naik,
meninggalkan landasan dengan sedjumlah besar p.h. dan kaset.
Laki-laki berumur 31 tahun itu, Betawi tulen dalam arti ia
dilahirkan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

B
Bulan Denpasar Manggung di Jakarta
1994-01-22

Lagu itu cukup komunikatif, iramanya sesuai dengan selera kita, dan memang aslinya denpasar moon berirama…

S
Sangkuriang Memburu Cinta
1993-06-12

Cerita klasik sangkuriang dipentaskan di bandung. eksperimen baru yang didominasi musik ini baru setingkat opera.…

P
PERSEMBAHAN SEORANG RUTH
1993-02-06

Ruth sahanaya mengadakan konser tunggal di tim, jakarta. ia penyanyi terbaik indonesia dan mau bersusah-susah.…