GENCATAN PETASAN MENJELANG LEBARAN

Edisi: 37/01 / Tanggal : 1971-11-13 / Halaman : 37 / Rubrik : HB / Penulis :


ALKISAH. Pada suatu hari seorang wartawan perang jang singgah di
Djakarta dalam perdjalanan pulang ke Amerika dari vietnam
menginap di Hotel Indonesia pada malam tahun baru 1971. Malam
itu ia menilpon atasannja di New York persis setelah Gubernur
Ali Sadikin menjulut petasan pertama tanda dimulainja "pesta
petasan" didjalan Thamrin. "Heh, kau masih di Saigon atau sudah
di Djakarta", teriak atasannja lewat tilpon ketika mende'ngar
ledakan jang bertubi-tubi lewat gagang tilponnja. Sang wartawan
mendjawab: "Tidak boss, saja sudah di Djakarta, tapi suasana
disini memang tidak kalah ramainja dengan perang di vietnam".
Maka dengan chawatir sang atasan berpesan: "Kalau begitu
hati-hati kau, djangan sampai kau tewas disana". Dengan geli
sang wartawan menjahut: "Djangan chawatir boss, itu tjuma perang
petasan". Orang Amerika jang satu ini untung tidak terkena. Tapi
beberapa wak tu kemudian koran-koran memberitakan tentang
seorang Amerika jang mendjadi korban peluru njasar dalam pesta
petasan awal 1971 dan telah diusung kerumah sakit. Dia pernah di
Vietnam, tidak terkena apa-apa.

; Pesta berdarah.

; Berbarengan dengan berita itu dari Rumah Sakit (RS) Dr Tjipto
didjalan Diponegoro diumumkan bahwa sekitar 50-60 orang telah
diangkut kekamar majat, kesal-sal bedah dan kepoliklinik PPK.
Laporan dari djalan kelas satu jang menghubungkan daerah elite
Kebajoran dengan pusat perkantoran di Medan Merdeka Djakarta
mengabarkan bahwa berton-ton mertjon telah dibakar malam itu.
Dalam asap mesiu jang membubung keudara orang seperti melihat
medan perang Kurusetra dimana terdjadi peristiwa terkenal
Baratayudha. Dari pekik kemenangan dan kengerian jang
berlangsung sampai pagi, keesokan harinja diketemukan beberapa
orang tewas dimulut djalan Gresik.

; Pesta berdarah jang membawa korban tidak sedikit itu, sudah
barang tentu bukan kehendak penguasa maupun Ali Sadikin jang
mengizinkan berlangsungnja. Tapi meskipun pada waktu itu Kepala
Polisi Republik Indonesia sendiri turun ke "medan perang", ia
tidak bisa mengurangi akibat jang begitu luar biasa. Tindakan
itu sama dengan dikeluarkannja larangan-larangan jang membatasi
permainan petasan sclama ini--dimana boleh dikatakan tidak
begitu banjak pengaruhnja. Oleh karena itu agaknja Kepala Negara
menganggap perlu untuk turun tangan djuga. Ingat akan datangnja
pesta petasan II jang pasti berlangsung dihari Lebaran minggu
depan, Presiden Soeharto meskipun agak terlambat tjepat-tjepat
mengambil langkah pengamanan. Dalam Sidang Kabinet Paripurna 12
0ktober jang lalu ia pun mengeluarkan serangkaian larangan dan
instruksi chusus untuk mertjon.

; Adakah pengaruhnja? Agaknja beberapa orang telah terlandjur
membeli mertjon sebelum keluarnja larangan Presiden itu karena
dihari-hari koran menjebarkan berita larangan Presiden tersebut,
bunji dor-dor-dor masih sering terdengar, meskipun beberapa hari
kemudian suasana seperti medan perang dalam gentjatan sendjata.
Tapi itu tidak mendjamin bahwa mendjelang Iedul Fitri nanti
suasana tidak akan berubah dan tidak akan kembali seperti
tahun-tahun jang lalu. Mengeluarkan larangan untuk mertjon
dengan demikian membawa kewibawaan Presiden sendiri kedalam
suatu keadaan jang penuh udjian. Apa jallg akan diaturnja dalam
waktu jang relatif singkat ini adalah tradisi jang suda't1 tua
umumja, dan bukan parpol. Dan lantaran tradisi jang
diperintahkannja untuk ditertibkan adalah tradisi membakar
mertjon, maka dapatlah dipastikan bahwa menertibkan parpol djauh
lebih gampang dari menertibkan mertjon. Karem itulah agaknja, 2
menteri dan I Kepala Polisi seluruh negeri ini buru-bum
menjertai Presiden setidaknja untuk mengamankan martabat
Pemerintah jang dipertaruhkan disetiap sumbu mertjon jang akan
dan sedang dibakar rakjatnja. Dan karena menteri jang turun
tangan antara lain Amir Machmud jang terkenal setia sebagai
"bulldozer", maka persoalannja tidak bisa dianggap enteng.

; Ukuran Vital Amir Machmud.

; Satu hal jang tidak enteng itu antara lain tentang ukuran
mertjon jang diizin kan dipakai. Soeharto membatasi pada mertjon
djenis "tjabe rawit" dan "lombok merah" sebagai jang
diperbolehkan dan itupun harus bikinan dalam negeri. Dalam
kawatnja pada Gubernur seluruh Indonesia Menteri Dalam Negeri
Amir Machmud memperintji ukuran itu. Katanja: "Tidak boleh lebih
pandjang dari 8 cm, tidak boleh lebih lebar dari garis tengah 1
cm dan isinja tiak boleh berat dari 10 gram". Dengan demikian
seorang tjalon pemasang mertjon setidaknja harus memiliki
penggaris dan timbangan sebelum ia menjulut petasannja untuk
memastikan bahwa mertjon jang akan dipasangnja tidak lebih dari
ukuran vital jang diperbolehkan Amir Machmud. Keadaan jang tidak
entcng itu sudah barang tentu bukan hanja untuk para pemasang
tapi djuga bagi petugas jang mengawasi.

; Berbagai matjam seruan dan tunbahan larangan berturut-turut
keluar sedjak 12 Oktober…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

B
Bulan Denpasar Manggung di Jakarta
1994-01-22

Lagu itu cukup komunikatif, iramanya sesuai dengan selera kita, dan memang aslinya denpasar moon berirama…

S
Sangkuriang Memburu Cinta
1993-06-12

Cerita klasik sangkuriang dipentaskan di bandung. eksperimen baru yang didominasi musik ini baru setingkat opera.…

P
PERSEMBAHAN SEORANG RUTH
1993-02-06

Ruth sahanaya mengadakan konser tunggal di tim, jakarta. ia penyanyi terbaik indonesia dan mau bersusah-susah.…